Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Bahkan Sejak Kecil Saya Sudah Diajarkan Bertoleransi

Bukan untuk memperkeruh suasana atau menggurui, tulisan gue ini cuma sekedar berbagi pengalaman bagaimana orang tua gue mengajarkan gue untuk hidup bertoleransi sejak kecil. Sama sekali gak ada maksud apa-apa. Karena kalau kita mau, kita bisa hidup aman dan damai berdampingan dengan apapun agamanya. Karena kita semua manusia dan memiliki rasa kemanusiaan. Jadi yang suka ribut-ribut dan nge- judge suatu agama tertentu, mending cek dulu situ beneran manusia atau bukan. Gue lahir 24 tahun lalu di sudut kota Padang, Sumatera Barat. Layaknya orang Minang pada umumnya, almarhum bokap gue sehari-harinya berprofesi sebagai seorang pedagang. Tokonya merupakan warisan dari orangtuanya yang berlokasi di sentra ekonomi kota Padang, yaitu Pasar Raya Padang. Bokap gue tumbuh dan besar di keluarga yang sangat taat agamanya. Sewaktu kecil, dia sering diajak opa (kakek) gue untuk mengaji di surau. Benar saja, sampai beliau menutup mata, sholatnya tidak pernah alpha setau gue. Bahkan Yang Maha Kuasa

Tipe Pelari yang Biasa Kamu Temukan Saat Jogging

Foto : Shutterstock Tren olahraga yang disukai masyarakat Indonesia selalu berubah-ubah sesuai perkembangan zaman. Kalau 3-4 tahun lalu kamu biasa melihat sepeda fixie dengan warna-warna yang cantik berseliweran di jalan, tapi semenjak 2 tahun belakangan ini olahraga lari mendadak nge- hits di Indonesia. Gue sendiri emang berusaha untuk rutin lari maksimal 2x seminggu. Setiap Sabtu atau Minggu pagi, gue suka lari sendirian di kawasan Gelora Bung Karno (GBK) atau nggak di sekitaran komplek rumah om gue di Bekasi. Menggunakan bus Transjakarta, biasanya gue start dari kosan sekitar jam setengah 6. By the way, ntah kenapa gue kadang suka nggak nyaman aja kalau lari bareng temen-temen. Karena   yang udah-udah bakal banyakan selfie dan makan-makannya ketimbang larinya :(( Di sela-sela aktivitas lari yang gue jalanin, kadang gue suka iseng merhatiin perilaku orang Indonesia yang 'aneh bin ajaib' saat lari pagi. Mulai dari yang suka ribet dengan gadgetnya, sampai yang kost

Ada "Saya" di Uang Pecahan Rp1.000 yang Baru

Masih dalam euforia peluncuran desain uang baru oleh Bank Indonesia (BI), ada satu hal yang membuat gue tertarik. Dari 11 desain pecahan uang baru yang bergambar pahlawan atau tokoh yang dikeluarkan, terselip satu foto pahlawan wanita asal Aceh, Cut Nyak Meutia. FYI, Cut Nyak Meutia menjadi 'the only national woman hero' yang ditampilkan dalam desain pecahan uang baru ini. Keren kan? Sebagai pemilik nama yang sama dengan beliau, ada sedikit kebanggaan tersendiri buat gue. Di samping gue emang nge-fans banget sama dia, untuk menentukan siapa-siapa saja pahlawan atau tokoh yang berhak mejeng di 11 desain uang baru keluaran BI ini prosesnya gak mudah loh guys. Melewati proses yang super duper panjang.  Mengutip Liputan6.com, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan untuk pemilihan tokoh di uang baru, BI melakukan konsultasi dengan pemerintah. Bukan hanya itu, BI juga melakukan koordinasi dengan sejarawan dan akademisi.  "Tadi ketika ditanyakan kepada Bapak Pre

Deja Vecu

foto: IG @.adlynndiyana Hari itu hari Sabtu, pukul satu siang. Aku bercermin lebih lama, mematut diri. Entah berapa pasang baju yang kukenakan di badanku. Pasang, ganti lagi, pasang, ganti lagi. Dan entah ke berapa kali juga gincu ini kuhapus dan kuganti dengan warna lain. Lalu aku berputar kekiri dan kekanan, memastikan penampilanku kali ini sudah sempurna. Ah, dasar wanita. Langkah kakiku terasa cepat, secepat detak jantungku. Anehnya, sang waktu juga berjalan lebih cepat dari biasanya siang itu. Kupacu langkah kakiku agar berjalan lebih cepat lagi untuk sampai di halte busway. Sepanjang perjalanan aku melamun, membayangkan engkau sudah duduk menungguku disitu. Dengan muka datarmu itu yang selalu membuatku gemas. Saking 'lempeng'nya, aku menamaimu Tuan Tanpa Ekspresi di ponselku. Rambutmu yang panjang tidak biasa-biasanya disisir rapi. Mungkin karena akan bertemu aku. Sesekali kau membetulkan letak kacamatamu yang supertebal itu. Sejujurnya, aku lebih suka meli

How can you fallin love with someone you've never met?

Cerita bermula ketika seorang kawan yang sering gue jadikan tempat gue bertukar pikiran tiba-tiba nyelutuk begini : "Mending kamu download aplikasi pencarian jodoh deh di playstore. Siapa tau dapat temen curhat dan bisa jadi jodoh. Daripada kamu cerita sama aku terus," Dan gue cuma bisa terdiam ketika dia ngomong begitu :| foto : https://65.media.tumblr.com/4a2b611c73f3a0b45adf19427d45ed00/tumblr_ne4e4qa7wY1sp0owho1_500.jpg Gue pun bertanya-tanya ke diri gue sendiri, apa iya gue selalu 'mengganggu' (sebut saja namanya A) dengan segala cerita kegalauan dan cerita nggak penting gue itu? Kalo dipikir-pikir emang iya juga sih. Gue nggak punya teman curhat lain yang tau segala detail tentang gue selain si A ini, secara guenya yang nggak gampang percaya sama orang.                 Jadilah setelah menimbang, mengingat, memperhatikan, mencermati, mengukur manfaat dan mudharatnya, akhirnya gue memberanikan diri untuk men-download aplikasi tersebut. Dari s

Perempuan Berhijab Pasti Paham Banget dengan Hal-hal Ini

Gue sendiri menggunakan hijab sejak jaman gue kuliah. Ketika itu terlintas begitu saja di pikiran gue kalo gue pengen berhijab. Nggak ada hidayah-hidayahan, karena menurut gue hidayah bukan untuk ditunggu. Waktu itu yang ada dalam hati gue adalah : Gue cuma pengen berhijab itu aja. Cemoohan temen-temen juga nggak gue hiraukan. Mereka pada nggak nyangka seorang Meutia bisa berhijab. Sehina itukah Prily dimata merekaa?? Keep Calm and Hijab On! Tapi, belakangan gue tau kalau akhlak dan hijab itu dua hal yang berbeda. Akhlak adalah urusan pribadi masing-masing manusia. Sementara hijab adalah kewajiban seorang muslimah. Tidak ada tawar-menawar dalam hal ini. Kan sering tuh ada bisik-bisik tetanggga yang bilang "Eh, percuma dia berhijab tapi kelakuannya begitu,".Dan parahnya yang ngomong kaya gitu juga biasanya cewe berhijab juga yang suka nggak ngaca. Kalo syudah begitu, rasanya gue pengen berubah jadi Awkarin dan bilang : Kalian semua suci aku penuh noda! Menggu

Hijrah ke Desk Telko :)

Dari yang dulunya ngurusin segala sesuatu yang berhubungan dengan duit negara, sekarang ngurusin kabel, jaringan, sinyal dan kawan-kawannya. Rasanya? Bahagia! Semenjak lulus kuliah tahun 2013 lalu, gue bersyukur karena gue nggak perlu lama-lama menjadi tuna karya alias penganguran. Bahkan, sebulan sebelum pindah toga, gue sudah resmi menyandang status "wartawan"(kemarin sore sampai sekarang) disebuah media online milik orang terkaya nomer 15 di Indonesia versi Majalah Forbes tahun 2015. Desk pertama gue disana adalah di properti. Lingkup liputan gue antara lain seputar harga sewa dan jual properti termasuk rumah, apartemen, hotel, mal, perkantoran hingga kawasan industri. Terus kadang gue disuruh mantengin harga semen, cat, ubin dan kawan-kawannya. Belum lagi soal surat menyurat dan KPR-KPR-an. Kalo dari segi pemerintahnya gue sehari-harinya mantengin kinerja dari Kementerian Perumahan Rakyat atau Kemenpera (yang sekarang dilebur menjadi Kementerian Pekerjaan Um

Selagi Masih Muda, Banyak-Banyaklah Piknik

Kebutuhan primer kaum urban kini telah bergeser menjadi sandang, pangan, papan dan piknik. Tingkat stress yang tinggi karena pekerjaan dan lalu lintas Ibukota yang sering macet tiada tara membuat kaum pekerja macam gue ini kudu sering-sering piknik.  Biar kayak orang-orang, pekan ini gue mengisi liburan gue dengan piknik ke pulau. Nggak cuma satu pulau yang gue kunjungi, melainkan tiga sekaligus yaitu Pulau Kelor, Onrust dan Cipir. Berbekal aplikasi instagram, akhirnya gue menemukan jasa group tur yang bernama Shine Project yang memfasilitasi tur singkat 3 pulau 1 hari di Jakarta dengan harga Rp65.000 saja.  Awalnya, gue mau mencoba menjadi solo traveller ala-ala gitu. Tapi urung gue lakukan karena gue berpikir lagi, ini kan grup trip, pasti semua pesertanya adalah bergrup dan nggak ada yang sendiri. Akhirnya, gue pun minta ditemani oleh abang gue untuk piknik gue kali ini. Bak gayung bersambut, dia pun mengiyakan dan mau jadi bodyguard gue seharian. Hihihihihihi.. S

Jangan-jangan gue lagi memasuki masa "Quarter Life Crisis"

Ketika satu per satu sahabat mulai memasuki babak baru kehidupan, yaitu   pernikahan.  Sabtu, 24 September lalu gue mengisi malam minggu gue dengan berjumpa dua orang kawan lama semasa di bangku kuliah dulu. Tidak banyak yang berubah dari mereka,kecuali kedua sudah sama-sama menikah, dan sama-sama sudah memiliki bayi yang lucu. Lama ngga ngumpul dengan para sahabat gue yang sudah menjelma menjadi bu ibu ini, sekarang yang menjadi tema pembicaraan kami udah jauh beda. Dulu, sekitar 2-3 tahun lalu yang kita omongin nggak jauh-jauh soal kegalauan dengan cowo ini cowo itu, ngegosipin para artis-artis kampus yang nggak jelas, dosen yang cerewet atau tugas kuliah yang menumpuk. Tapi sekarang, yang menjadi topik pembicaraan adalah cara mandiin anak, ngerawat anak kalo lagi sakit, dan soal baju-baju anak perempuan yang lucu-lucu. Tinggal gue yang sendiri manggut-manggut diem dipojokan (ngga meratapi nasib ya!). Melihat perubahan kedua sahabat gue yang amat drastis ini, gue cuma