Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Beranjak

Kami bertengkar hebat di parkiran tengah malam itu. Dia dengan segala egoisnya, akupun.  "Kalau kamu begini terus, gak bakal ada orang yang tahan dengan kamu. Termasuk saya," kataku setengah berteriak.  Mataku panas, dadaku sesak. Aku tidak punya kata-kata lagi untuknya. Yang ku tau, aku mencintainya. Tapi terkadang mencintainya juga menyakitiku. Dia diam. Membuka bungkus rokoknya, mengambilnya sebatang, kemudian menyalakannya. Dia duduk di atas jok motor tuanya. Dia menjemputku malam itu, dan berencana mengantarku pulang.  "Iya. Saya memang egois. Saya butuh yang mengerti saya. Kalau kamu tidak bisa mengerti, kamu sama aja seperti yang lainnya berarti," katanya. "Saya pikir kamu benar-benar bisa mengerti mau saya. Tapi ternyata tidak," katanya lagi. Dia membelakangiku. Dari belakang ku lihat tubuhnya yang makin kurus, rambut acak-acakan, dan ransel kecil pemberian dariku yang selalu ia bawa kemanapun. Kami berdua terdiam.  Ka

Terjatuh Dulu, Bangkit Kemudian

Ada masa dimana bumi mungkin tetap berputar pada porosnya, tapi kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita. Ada masa dimana kita harus kecewa, menahan luka, dan putus asa. Tak apa. Itu semua tak apa...  Percaya, ada masa juga dimana bumi tetap berputar pada porosnya, dan semesta bekerja seperti cara kita. Di saat itu namanya bahagia, dan tak henti melantukan syukur pada-Nya. Tenang. Semua ada masanya. dari teras rumah

Berjarak Agar Tetap Berdetak..

Sudah seminggu ini lamanya gue kerja dari rumah atau Working From Home (WFH). Cepatnya penyebaran virus Covid-19 ini membuat gue terpaksa harus mengurung diri di rumah alias melakukan social distancing.  Diantara jutaan manusia di luar sana, gue termasuk beruntung. Iya, beruntung aja. Kondisi gue yang lagi hamil besar menjadi penyelamatnya. Tapi gak juga. Di sisi lain gue tetep khawatir. Khawatir jika virus brengsek ini berhasil masuk ke badan gue. Makanya gue berusaha sekali menjaga semuanya agar baik-baik saja.  Setiap menit, setiap jam, setiap hari, gue menyaksikan bertambahnya jumlah orang yang meninggal dan terinfeksi virus ini. Sedih? Iya. Takut? Apalagi. Tapi, sebagai warga negara yang baik, patuh dan membayar pajak, gue cuma bisa menjalankan himbauan pemerintah untuk #dirumahaja, sembari terus berdoa ini cepat berlalu. Berkali-kali gue membaca pesan di handphone dari para rekan dan sahabat, semua sama: kami semua rindu. Rindu suasana kantor, rindu berdesak-desakan