Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2018

Semoga Selalu Baik

Saya akan memulai sebuah hidup baru yang baik dalam waktu dekat. Untuk mengawali yang baik, saya ingin berbaikan dengan semuanya. Termasuk kepada hal-hal yang pernah menjadi bagian yang tidak baik dalam hidup saya. Terima kasih pernah menjadi baik, terima kasih pula pernah menjadi bagian yang tidak baik. Semoga kita selalu dikelilingi dengan hal-hal yang baik. F. A Meutia

Minggu Bersama Papa

Papaku adalah seorang pedagang kain. Ia mengelola sebuah toko kain milik orangtuanya di dalam pasar di pusat kota Padang. Aku kurang tau persis sudah sejak kapan papa menjadi seorang pedagang. Belum sempat kutanyakan, dia sudah dipanggil Tuhan. Toko papa bernama Toko Dewi.  Jangan tanya lagi maknanya apa. Jawabanku sama seperti yang di atas. Dia sudah dipanggil Tuhan. Dalam tokonya, papa menjual berbagai macam barang. Mulai dari kain batik, kain sarung, selimut, bed cover, sajadah, mukena, taplak meja, sampai baju koko. Semuanya ada. Toko papa tidak begitu besar. Hampir 70 persen tokonya diisi dengan barang dagangannya. Sementara di tengah-tengahnya ada meja kerja papa. Di sana tempat dia biasa membuat nota penjualan, menyimpan uang, dan menerima telepon dari langganannya termasuk telepon gak penting dari aku. Ntah sekedar aku minta dijemput, atau minta uang tambahan untuk membayar buku. Setiap hari minggu, toko papa hanya buka setengah hari saja. Makanya papa suka m

Pada Suatu Hari Baik Nanti

(Sok Ngajarin) Etika Naik Transjakarta

Sebagai bagian dari 10,37 juta (Data BPS 2017) warga DKI, Transjakarta alias busway adalah alat transportasi andalanqu buat kemana-mana. Selain murah, Transjakarta juga jauh lebih aman (menurut gue) ketimbang moda transportasi lainnya seperti kereta commuter, angkot, ojek online, apalagi kopaja dan metromini. Proyek transportasi yang dibangun 9 tahun lalu ini sedikit banyak memang membantu mempermudah hari-hari gue. Mulai dari ngantor, ke mall, kondangan, nonton, pacaran, ketemuan sama gebetan, mantan, selingkuhan, ke rumah sodara, sampai membantu menghabiskan waktu ketika gue jenuh di kosan. Yup, ini salah satu hal paling absurd yang pernah gue lakukan dalam hidup. Layaknya berbicara kepada yang lebih tua, menggunakan Transjakarta juga ada etikanya lho gengs. Tapi bukan aturan tertulis juga sih. Sebenarnya kesadaran dari masing-masing kita aja kalo transportasi ini milik publik, jadi harus kita jaga bersama. Karena yang naik Transjakarta gak cuma kamu, jadi kita tentu harus

Mengurus Surat-Surat yang Menguras Hati

Dari semua episode mengurus perintilan buat pernikahan, mungkin yang paling menguras hati dan emosi adalah pas bagian urusan surat menyurat. Kenapa? Karena menurut gue itu ribet, KALAU TIDAK TELITI.  Gue bakal ceritain selengkapnya di bawah ini. Semoga bisa menjadi pengalaman buat kalian semua pembaca setia blog gue jika suatu saat mengalami hal yang sama. (Kayak ada aja yg baca blog bapuq ini. Hehehehe..). Bisa dibilang, 65 persen urusan perintilan pernikahan gue yang nyiapin sendiri. Kondisi Mas Pacar yang masih dalam fase recovery dari kecelakaan, gak memungkinkan dia untuk menemani gue buat kesana kemari. Jadilah segala urusan mulai dari nyari bahan untuk seragam, seserahan, souvenir, hingga perintilan lainnya gue yang jalan sendiri. #setrongabitshgaktuwh Setelah perintilan yang kicik-kicik itu selesai gue ceklis, tibalah masanya mengurus Surat Numpang Nikah. Karena di kantor lagi sibuk banget dan gak enak buat ambil cuti, jadilah gue harus bolak balik ngurusin su