Langsung ke konten utama

How can you fallin love with someone you've never met?

Cerita bermula ketika seorang kawan yang sering gue jadikan tempat gue bertukar pikiran tiba-tiba nyelutuk begini : "Mending kamu download aplikasi pencarian jodoh deh di playstore. Siapa tau dapat temen curhat dan bisa jadi jodoh. Daripada kamu cerita sama aku terus,"

Dan gue cuma bisa terdiam ketika dia ngomong begitu :|

foto : https://65.media.tumblr.com/4a2b611c73f3a0b45adf19427d45ed00/tumblr_ne4e4qa7wY1sp0owho1_500.jpg

Gue pun bertanya-tanya ke diri gue sendiri, apa iya gue selalu 'mengganggu' (sebut saja namanya A) dengan segala cerita kegalauan dan cerita nggak penting gue itu? Kalo dipikir-pikir emang iya juga sih. Gue nggak punya teman curhat lain yang tau segala detail tentang gue selain si A ini, secara guenya yang nggak gampang percaya sama orang. 
              
Jadilah setelah menimbang, mengingat, memperhatikan, mencermati, mengukur manfaat dan mudharatnya, akhirnya gue memberanikan diri untuk men-download aplikasi tersebut. Dari sekian banyaknya aplikasi pencari jodoh yang tersedia di play store, akhirnya pilihan gue pun jatuh pada Tinder. Sejujurnya, gue awalnya agak 'sombong' gitu gak mau download aplikasi ini. Emang gue se-desperate itukah sampai harus nyari temen curhat lewat dunia maya? Dan itu pasti bakal membosankan banget nantinya. Rule seperti kenalan-nanya kerjaan,usia,dll-flirting-kopdar-kalo cocok lanjut-kalo engga menghilang itu pasti bakal mengisi hari-hari sibuk gue ke depannya. 

Iya, Tinder. Mungkin beberapa diantara dari kalian (kaya ada aja yang baca blog sampah gue hihihi) tau dengan aplikasi ini. Jadi, kira-kira 2 minggu lalu gue memutuskan untuk mengunduh aplikasi ini dan menguji seberapa ampuh aplikasi ini bisa menemukan temen curhat yang pas atau mungkin jodoh buat gue. #hahahah

Karena gue ga ngerti cara menggunakannya, awalnya gue sembarang mencet dan swipe aja foto-foto yang beredar di timeline Tinder gue. Gue ga inget pasti berapa jumlah pria-pria di luar sana yang gue ber ikon 'love' fotonya. Oh iya, sekedar saran untuk para lelaki di luar sana yang main Tinder, please banget pajang foto dengan pose yang kerenan dikit apa. Ya selera sih sebenarnya. Foto lagi nge-gym yang ngeliatin otot lo kayaknya kurang cocok jika dipasang di profil Tinder lo. Kecuali elo Zayn Malik, Ben Affleck, atau Robert Pattinson, mungkin masih bisa termaafkan. Atau kecuali juga elo maho dan mencari temen laki juga. Percayalah, bagi kami kaum wanita, foto dengan pose seperti itu enggak bangett!

Ada lagi nih, cowo yang majang foto profil dengan pose yang ngeliatin matanya aja. Saya ga paham maksudnya. Mungkin dia pengen pamer matanya, sudahlah. Toh sekarang jaman kebebasan berekspresi. Terus gue juga pernah nemuin cowo yang masang foto dengan pose berdiri di depan mobilnya. Saya juga ga paham apa maksudnya, entah dia yang punya atau dia numpang mejeng aja. Dia pikir dia udah keren banget dengan pose seperti itu. Tapi percayalah guys, perempuan-perempuan sekarang udah pada pintar dan ga akan mudah tergoda dengan harta (yang belum tentu punya kalian)... 

Dari beberapa foto yang gue 'love', ada beberapa pria yang ngasi 'love' balik. Gue sih terlalu gengsi untuk memulai percakapan. #sombong. Ya biarin aja mereka yang nge-chat gue duluan. Chat pertama para pria-pria itu ke gue beragam, dari yang normal sampai aneh bin ajaib ada semua. Ada yang nyapa gue "Assalamualaikum (mungkin karena gue berhijab), Hi, Hai, Halo, dan yang paling aneh adalah tiba-tiba gue dituduh antek media sekuler (karena melihat tempat gue bekerja). What the hell is this?..

Nah, setelah chattingan kemudian berlanjutlah pada tahap kopi darat alias kopdar. Sejujurnya gue juga males kopdar-kopdaran kaya gini. Berasa kaya bocah Abege aja.. Gue anaknya garing kalo di dunia nyata, rame di dunia maya. Kalo boleh meminjam istilah dari seorang kawan, gue orangnya "textrovert" banget. Tapi ya udahlah, atas nama memperluas pergaulan dan cakrawala gue pun mengiyakan ajakan kopdar beberapa teman Tinder gue itu. Nggak banyak sih, cuma 2 aja. Itupun setelah gue pastikan mereka pria baik-baik dengan ngecek semua akun media sosialnya dan foto-fotonya. Kemampuan stalker gue diuji banget disini. Bukan apa-apa, kan sekarang ngeri banget. Banyak banget berita perempuan yang diculik oleh teman yang dikenal lewat media sosial. Gue ga mau aja nanti di koran atau majalah tempat gue bekerja nama gue jadi headline tulisan : "Seorang jurnalis diculik oleh teman Tindernya". Rusak reputasi Isyanaaaaa...

Akhirnya bertemulah gue dengan dua pria ini. Dari segi kepribadian, mereka dua pria yang berbeda. Bertolak belakang banget. Yang satu anak motor banget, slenge'an bisa dibilang, tapi dia ramah dan sopan sekali. Gue kopdar dengan dia dan 'diculik' tengah malam buta sama dia keliling Jakarta. Untung aja gue nggak dikunciin sama ibu kosan gue. 

Yang satu lagi orangnya cenderung pendiam (tapi ga tau sih sifat aslinya secara baru sekali ketemu). Dia punya hobi fotografi. Kita ketemuan, makan dan nonton dan cerita-cerita. Setelah kopdar, gue masih berteman baik dengan keduanya. Tapi gue belum menemukan chemistry yang berbeda dari mereka berdua sih sejauh ini. 

Ada satu temen Tinder yang menarik perhatian gue sampai hari ini, yaitu dia yang ga ada angin ga ada ujan ga pake basa basi tiba-tiba nge-chat dan nuduh gue sebagai antek media sekuler. Dari profilnya, dia berusia 33 tahun dan bekerja di salah satu biro arsitektur terkenal di Singapura. Disamping kesan pertamanya yang annoying banget, foto profilnya juga dibilang paling 'ajaib' dan membuat gue tertarik. Dia berpose dengan tangan ke atas bak superhero di depan Louvre Palace di Prancis. Dikira keren, gue ngeliat dia malah kaya orang gila deh kayanya.. (hahaha gue takut suatu saat dia nemu tulisan gue ini dan ngamuk-ngamuk chat gue pasti). 

Demi menjaga kerahasiaan identitas korban, jadi namanya gue samarkan aja ya. Sebut saja namanya G. Jadi, ketika dia lagi ngaktifin aplikasi Tindernya, dia sedang berada di Jakarta. Setelah 2 minggu berkenalan, chatting dan bercerita tentang kerjaan, hari-hari dan masa lalu , gue ngerasa ada chemistry sama dia. Menurut gue, dia tipikal pria yang agak unik. Tahun 2016 cuy, disaat potongan ala sleek hingga fading tengah jadi tren, dia memilih memanjangkan rambut lurusnya sampai sepinggang! Rambut gue aja kalahh bok. Gue belum pernah nanya sih apa alasannya dia betah banget dengan rambutnya itu. Nanti deh kapan-kapan gue tanyain. Mungkin gue suka sama dia. Mungkin sih. Tapi apa iya, orang bisa suka sama seseorang yang bahkan belum pernah ia temui di kehidupan nyata?  

Setelah 2 minggu berselancar menggunakan Tinder, akhirnya gue memutuskan untuk meng-uninstal aplikasi tersebut. Alasan gue simpel : gue ngerasa nggak sama sekali manfaatnya. Dan lagipula gue juga merasa udah terlalu tua aja untuk kopdar-kopdaran ala ABG gitu. Selain itu, tanpa Tinder atau aplikasi pencarian jodohpun gue percaya jodoh itu udah disiapkan oleh Yang Maha Pengatur Segala. Tinggal kita memantaskan diri dulu aja dan bersabar sampai waktunya tiba :)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017