Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Curhat dong, Beh!

Kalau ada orang yang paling mengerti jalan pikiran dan isi hati para suami di Gang Ahmada, barangkali jawabannya adalah Babe, penjaga warkop 24 jam di sudut Gang Ahmada. Bapak-bapak di lingkungan sana lebih senang mengadu pada Babeh terkait masalah yang dihadapinya, ketimbang pada istri-istrinya sendiri. Tidak ada yang tahu siapa nama asli pria berpostur kurus, tinggi ini dan berkepala nyaris botak ini. Meski usianya nyaris mencapai kepala enam, tangan Babeh masih sangat lihai meracik Indomi, bubur kacang ijo dan kopi di Warkopnya. Di warung kopi tersebut, Babe hidup sendiri. Tidak ada yang tahu persis dimana anak-anak dan istri Babeh. Segelintir tetangga bilang, Babeh dan istrinya sudah bercerai puluhan tahun lalu dan anaknya dibawa oleh istrinya. Sejak saat itu Babe mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan berjualan indomie, roti bakar, dan bubur kacang ijo beserta aneka minuman di salah satu gang sempit di Jakarta. "Si Hasan kagak ke sini, Be?" tanya Pardi. "

Bahagia Bukan di Dunianya (Si) Maya

foto: shutterstock "Bahagia Seharusnya Nyata". Begitu judul berita yang gue baca dari situs berita idola gue, Tirto.id beberapa waktu lalu. Berita yang berformat infografis itu mengutip perkataan Direktur Center for Cognitive & Social Neuroscience John Cacioppo, bahwa pada dasarnya internet tidak akan bisa menggantikan kehampaan akan sesuatu yang nyata. Bahagia yang sebenarnya adalah bukan di dunianya si maya.  Di era sosial media ini, setiap manusia punya kuasa untuk membagikan apapun yang terjadi di kehidupannya. Dan mereka cenderung membagikan hal yang indah-indah saja di kehidupannya. Sosial media membingkai hidup manusia seolah-olah sempurna. Padahal..... Padahal kita semua tahu, Tuhan menggariskan kehidupan manusia itu gak selalu bahagia. Ada sedih, kecewa, hancur, kesal, emosi, puas, kenyang, letih, pusing, dan berbagai macam rasa lainnya.  Gue mengambil contoh media sosial idola kids zaman now, yakni Instagram. Di sana kita mudah banget menemukan

Mendengar Dengan Hati, Berkata Dengan Jari

Gue iri sama Pak Sahid. Jika dosa manusia bisa dikalkulasikan secara kasar, mungkin Pak Sahid termasuk manusia dengan dosa paling sedikit di muka bumi ini. Kenapa? Karena dia seorang tuna rungu.  foto by: me Karena dia tuli, dia gak perlu mendengar hal-hal gak baik yang terjadi setiap harinya. Ntah itu makian dari supir metromini kepada pengendara motor di jalanan, atau pasangan yang berantem di tempat umum yang saling melontarkan kata kasar. Dia juga gak perlu mendengar gosip-gosip murahan yang sehari-harinya berseliweran di televisi, bahkan dia juga gak perlu mendengar janji-janji manis yang ditebar oleh para pejabat di negeri ini.  Dan boleh jadi, dia juga termasuk dalam daftar manusia paling bahagia di dunia. Karena dia gak akan pernah mendengar omongan negatif dari orang-orang tentang dia. Tidak ada beban untuk menjadi begini, menjadi begitu, mengubah ini, mengubah itu, demi memuaskan mulut-mulut nyinyir di sekitarnya. Dia juga gak akan cepat baper, dan gak gamp

Diistimewakan Oleh Yogyakarta (III/Habis)

Mengunjungi candi-candi yang ada di Jogja membuat gue berasa ditarik ke masa lalu. Masa dimana Jawa masih dipimpin oleh para raja-raja. Ada putri raja, ada permaisuri, prajurit dengan kuda dimana-mana. Dalam bayangan gue nih, mereka berseliweran di sekeliling candi, dan setiap sore sang putri duduk-duduk di sekitar candi sambil memandangi cantiknya matahari sore di Tanah Jawa.  Hari ketiga di Jogja, gue masih merasa diistemewakan selama di sini. Kali ini, beberapa situs candi menjadi tujuan gue. Gue menggunakan transportasi Transjogja., pengen tau aja sih rasanya gimana keliling Jogja naik bis yang satu ini.  Sampai di terminal (gue lupa nanyanya), barulah gue memesan ojek untuk membawa gue ke beberapa candi di sekitar Prambanan. Kalo gak salah waktu itu si bapak ojeknya gue bayar Rp60 ribu, dia mengantarkan gue ke beberapa tempat. Mulai dari Tebing Breksi, Candi Plaosan, Candi Ijo, dan terakhir Candi Prambanan.  foto by: me menikmati sunset di sudut Prambanan Jogja i

Diistemewakan Oleh Yogyakarta (II)

Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Itu yang gue rasakan ketika gue lari pagi sendirian di komplek alun-alun keraton Jogja di hari kedua gue di sana. Sengaja, dari Jakarta gue bela-belain bawa sepatu untuk lari selama di sana. Gue pengen ngerasain aja gimana lari ditemani udara pagi Jogja yang masih sejuk. Pukul 6 pagi gue bangun. Udah agak terang memang, cuma jalanan masih lumayan sepi. Toko-toko yang gue susuri sepanjang jalan masih pada tutup. Yang buka cuma yang jualan sarapan pagi.  Sampe di alun-alun, ternyata gak cuma gue yang lari di Jumat itu. Banyak masyarakat Jogja yang juga lari mengitari alun-alun. Anak-anak sampe orang tua ada di sana. Setelah capek lari dua putaran, gue pun duduk istirahat di bawah pohon. Gue melihat disekitaran gue, banyak orang yang juga sedang lari. Gak ada satupun yang gue kenal. Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Mereka semua gak ada yang tau jeleknya sifat gue, gak ada yang ngomongin gue, gak ada yang suka nyinyirin gue, ga

Diistimewakan Oleh Yogyakarta (I)

" Pergi ke Jogja adalah caraku mentertawakan kesibukan orang-orang di Jakarta ," Begitu kalo kata Pak De Sudjiwo Tedjo yang gue kutip dari akun Twitternya beberapa waktu lalu. Liburan ke Jogja sebenarnya masuk dalam salah satu wish list gue dari tahun kemarin. Tapi karena begitu banyak hal yang gue harus gue selesaikan di tahun kemarin, niatain itu baru bisa gue wujudkan tahun ini.  Restu cuti sudah gue kantongi, duit buat jalan-jalanpun sudah disiapkan jauh-jauh hari. Dengan menggunakan moda transportasi andalan kelas menengah ngehek yakni kereta api, berangkatlah gue dan 3 kawan gue (Mbaade, Mba Iki, dan Geri) menuju kota gudeg tersebut. Kereta mengantarkan kami dari Stasiun Pasar Senen pukul 22.00 WIB. Di kereta, kami semua bobok dengan cantiknya karena sebelumnya masih harus liputan dulu sebelum malamnya berangkat ke Jogja. Journalist lyfe~ Matahari pagi kota Wates membangunkan gue dari tidur yang sebenernya tidak terlalu nyenyak. Namanya juga kelas kereta kel

Ada Masa Saya Pernah Jatuh Sedalam Itu

Ada masa ketika saya pernah jatuh sedalam itu. Masa dimana saya merasa dunia sungguh tidak adil perputarannya. Ketika kepercayaan yang hampir sepenuhnya saya titipkan, tapi disia-siakan. Ketika dia memilih jalan yang berbeda dengan saya, ketika dia memilih menaklukan dunianya sendiri.  Tanpa saya. Dia pernah menawarkan pundaknya. Tempat ternyaman untuk sejenak bagi saya merebahkan kepala setelah seharian menaklukan dunia. foto : static.tumblr.com Dia begitu mengagumkan dengan mimpinya, caranya memandang dunia. Dia, yang saya masukkan ke dalam salah satu daftar mimpi yang ingin saya wujudkan, ternyata tidak menganggap saya sepenting itu. Tangan yang saya ulurkan tidak disambutnya. Peluh yang jatuh hanya saya usap sendiri. Rumah yang saya tawarkan tak disinggahinya. Ternyata menjadi yang ditinggalkan terlebih dahulu itu sungguh tidak mudah. Semuanya beku. Pilu. Saya menyadari, siapun yang dicintai ada masanya dia akan pergi. Begitu juga sebaliknya, seberapapun kita menc

Tantangan 30 Hari Tanpa Instagram

Instagram adalah salah satu aplikasi sosmed yang gak bisa dilepaskan dari para generasi milenial. Kalo gue, bisa dibilang hampir 60 persen waktu senggang gue dihabiskan dengan berselancar di Instagram. Setiap harinya feed Instagram gue dipenuhi berbagai macam hal. Mulai dari foto liburan temen-temen gue, foto makanan, akun ghibah, online shop, sampai momen-momen gak penting pun ada di sana.  Mungkin karena otak manusia cenderung menyukai hal yang bersifat visual seperti gambar yang indah-indah kali ya. Dan Instagram menyediakan semua itu. Gue bisa menghabiskan berjam-jam waktu gue menggerakkan jempol gue dari satu akun Instagram ke akun lainnya. Ntah itu untuk sekedar melihat-lihat ataupun kepo-kepo lucu.  Gue menjadi pengguna media sosial bikinan bang Kevin dan bang Mike ini sejak 2013 lalu. Kala itu fitur Instagram belum serame saat ini, masih simple bangetlah pokoknya. Instagram gue diisi dengan berbagai foto-foto absurd gue. Mulai dari foto keluarga, jalan-jalan, makanan

Betapa Menyedihkannya Menjadi Perempuan?

Menjadi seorang perempuan itu menyedihkan. Pulang kerja kemaleman dikit, dikira cewek gak bener. Padahal kamu baru saja usai menjadi pembicara di sebuah seminar yang memperjuangkan hak-hak petani. Sekolah tinggi-tinggi malah dilarang. Takut nanti gak laku karena cowok bakalan minder. Jalan sendirian niatnya ingin mandiri, tapi malah jadi korban catcall pria-pria berotak sampah. Bahkan yang paling sadis, kalau sudah tidak perawan dianggap murahan, bekas dan hina. Padahal, harga diri wanita gak bisa diukur dari utuh atau tidaknya selaput dara. Dangkal sekali yang berpikiran seperti itu. Belum lagi kalo udah memasuki usia di atas 25 tahun dan masih single, sering dicap gak laku dan terlalu milih-milih pasangan. Padahal kamu masih punya beberapa target hidup yang harus kamu selesaikan. Kalau kegendutan suka diledekin kayak kulkas dua pintu, kalo kurus diledekin sapu lidi. Mereka yang nyinyir itu gak tau bagaimana beratnya perjuangan kamu menaikkan/ menurunkan berat badan. Yang lebi

Dating a 30 Year Old Man, Kenapa Enggak?

Cinta gak mengenal usia. Kalau Kahlil Gibran bilang, ini masalah kecocokan jiwa. Ada yang nyaman menjalin hubungan dengan yang seumuran, ada juga yang memilih menjalin hubungan dengan pria dengan rentang usia yang jauh. Memang, perkara jodoh gak semudah seperti memesan nasi goreng di abang-abang yang kamu bisa setel rasanya. Kalo kurang asin tinggal minta tambah garam, kalo kepedesan tinggal minta tambah kecap. Kita tidak bisa meminta jodoh macam apa yang udah dipilihkan oleh Sang Maha Pengatur. Jodohmu bisa saja seseorang yang gak kamu sangka-sangka sebelumnya. Atau mungkin bisa saja masuk dalam kategori "gak banget" versi kamu, tapi kalian terikat dengan sebuah kata sakral yang bernama "pernikahan".  Jadi, belakangan gue mencoba untuk menjalin hubungan yang lumayan intens dengan beberapa pria yang usianya 5-6 tahun di atas gue. Ada yang sebagai sahabat, ada juga yang memang secara personal ngedeketin gue. Ya, tapi biasa aja sih. So far gue ngerasa belum

Bertemu Fariza, Si Pembawa Baki Bendera Pusaka

bantet :/ Usianya baru 16 tahun. Tapi dia mampu membuktikan peribahasa "hasil tidak akan mengkhianati usaha". Sempat ditentang sama orangtuanya mengikuti Paskibra, siapa sangka, Fariza berhasil mewujdukan mimpinya mengibarkan Sang Saka merah putih di Istana Negara. Kesan pertama gue ketemu dengan perempuan manis ini adalah anaknya tinggi banget, sekitar 173cm! Sedang gue cuma 160cm kurang dikit, kebayang gimana waktu gue berfoto di sebelah dia? Gue AMAT SANGAT TERLIHAT BANTET, PEMIRSA! Fariza Putri Salsabila, gue ketemu dia ketika rombongan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) berkunjung ke kantor gue. Kebetulan gue diminta sama si Mas Korlip untuk meliput kegiatan mereka selama berada di kantor gue. Jadilah gue punya kesempatan untuk kenal dan ngobrol dengan dedek manis ini walau cuma sebentar.  Fariza saat ini duduk di kelas XII SMA di SMA 1 Blitar. Ketika pertama kali gue ajak dia ngobrol, dia manggil gue "kak". Gue nanya-nanya

Mengapa Kamu Harus Berhenti Kepo Mulai Sekarang

Menurut hemat gue, ada beberapa jenis kekepoan yang harus dihindari di dunia yang fana ini. Pertama, kepo terhadap urusan pribadi orang lain. Kecuali si orang tersebut menceritakan sendiri ke elo, lo boleh kepo. Misalnya kepo terhadap rumah tangga artis-artis di Indonesia. Sudahlah gak tau duduk permasalahan sebenarnya, eh komennya jahat pula. Duh mbak.  Kedua adalah kepo tentang kehidupan mantan. Kekepoan tentang hal ini juga harus secepatnya kamu hentikan karena sangat tidak berfaedah. Prinsipnya, gue gak mau tau lagi tentang secuilpun informasi pria yang sudah menyandang status mantan di hidup gue.  Ntah itu kabarnya, dia udah ngasi makan bebeknya atau belum, atau bahkan soal pacar barunya. Gue menghindari hal-hal itu. Because th e more you know, the more hurt you'll get.  Sebenarnya, ada waktunya elo boleh kepo soal mantan.  Seorang kawan pernah ngomong kayak gini ke gue. " Kepolah ketika lo udah siap. Kapan siapnya? Ketika lo udah bahagia, ketika lo udah punya

Kita Adalah Kebetulan yang Disengaja Oleh Tuhan

Ada miliaran umat manusia yang tersebar di alam semesta. Ada banyak probabilitas yang terjadi setiap harinya di hidup manusia. Diantara berjuta peluang yang bisa tercipta, tapi mengapa justru Tuhan mempertemukan saya dengan kamu?  4.22 PM https://ak5.picdn.net

Surat Kesekian Dari Saya

Halo,  Kamu apa kabar? Masih suka ketiduran dengan bungkusan potato chips di tangan, dan kacamata yang belum terlepas?Kebiasaan yang sangat menggelikan dan menggemaskan menurutku. Karena kebiasaan itu biasa dialami oleh orang yang malas. Maaf ya. Sudah kubilang, jangan suka ngemil malam. Mau pagi-pagi kamu bangun dikerubungi sama semut?  Weekendmu masih suka dipakai untuk tidur seharian? Sudah berapa kali ku bilang supaya kamu untuk lebih peduli dengan kesehatanmu. Gak lihat perutmu makin buncit? Bukannya aku bawel, aku sebenarnya peduli. Aku rindu mengomelimu. Ngomong-ngomong, kabarku baik. Aku masih aku yang sama. Yang tidak pernah suka dengan hiruk pikuk mall. Yang lebih suka ngadem di taman atau ngobrol ngalor ngidul di kedai kopi. Perasaanku juga masih sama. Seperti pertengahan November tahun lalu. Saat kali pertama aku tatap mata coklatmu. Dari aku, Kesalahanmu

5 Alasan Kenapa Naik Transjakarta Itu Bikin Bahagia

As a good citizen, I always choose to use public transportation for my daily activity. Sebenarnya yang gue lakuin ini antara ingin berkontribusi mengurangi kemacetan di Ibukota atau memang mau ngirit. But whatever is it, gue merasa naik transportasi publik itu banyak banget manfaatnya. Salah satunya bikin bahagia. Adapun transportasi publik yang gue pilih sehari-harinya adalah busway. Sebelum hijrah menjadi pengguna busway Transjakarta, gue tergabung dalam satu diantara berjuta-juta pengendara motor yang setiap harinya berseliweran di jalanan Jakarta. Bayangkan, gue menghabiskan waktu 3 jam bolak balik dari rumah om gue di Bekasi tempat gue tinggal waktu itu menuju kantor gue di kawasan Gatot Soebroto setiap harinya. Dan rasanya... jangan ditanya. Gue sampe gak nemu kata yang tepat di KBBI untuk mengekspresikannya. Akhirnya, setelah melewati pergolakan hati yang panjang dan tidak mudah, gue putuskan untuk menjadi pengguna setia busway. Dan belakangan, gue merasakan beberapa m