Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Riana

Kerudung merahnya sudah disetrika rapi. Sweater biru tua, celana jeans dan tas hitam juga sudah disiapkan untuk melengkapi penampilan Riana. Dengan terkantuk-kantuk, subuh itu sang ibu sudah selesai menyetrika pakaian Riana. Itu dikerjakannya semua demi melepas kepergian anaknya kembali ke Ibukota untuk bekerja. Riana pun mengenakan pakaian tersebut. Ia mematut diri di kaca, memastikan kerudungnya sudah terpasang dengan rapi. "Sudah cantik. Hati-hati ya, Nak, di sana. Jaga diri," kata sang ibu. Nasihat standar namun dalam. Terlontar dari bibir seorang perempuan berusia lebih dari setengah abad yang hendak melepas anak gadisnya berjuang di Ibukota. Hanya Riana tumpuannya saat ini, semenjak suaminya 10 tahun lalu pergi entah kemana. Sementara ketiga adiknya masih harus sekolah. "Iya bu. Ibu juga jaga kesehatan ya. Jangan banyak pikiran. Rian baik-baik kok di sana. Ibu gak usah khawatir," ucap Riana sambil membetulkan bingkai kacamatanya. Sengaja ia mengenakan kac

Pulang

Seorang kawan bercerita tentang kehidupan dia sehabis menuntaskan gelar masternya di Jerman sana selama kurang lebih 3 tahun. Gue emang baru kenal sih sama dia. Cuma seru aja mendengar kisah hidupnya, keabsurd-annya, pengalamannya, cara dia memandang dunia sampai gimana dia menyikapi sebuah permasalahan dari kacamatanya. Ajaib.  M : Gue   R : dia --------------------------------------------------- M: Apa yang paling membahagiakan ketika lo pulang? R: Gak ada, Meut. M: Lah,kenapa? R: Ketika gue baru sampe di Jerman gue berasa kayak alien di sana. Berbulan-bulan gue beradaptasi dengan semua yang ada di sana. Dan ketika kuliah gue kelar dan balik ke Jakarta, gue malah berasa kayak alien juga di sini. Masih banyak hal yang mesti gue lakukan untuk beradaptasi, dan ini sebenarnya titik awal gue untuk memulai hidup baru gue di Jakarta. Gue seperti kehilangan makna "pulang"... M: Terus pernah kangen balik ke Jerman gak? R: Tiap hari. hahahha M: Kenapa? Di sana j

Curhat Sama DIA

Seminggu belakangan, hidup gue berasa seperti kasus korupsi dana BLBI alias ngambang dan gak jelas. Puasa sih puasa, tapi yang gue dapet cuma haus dan lapar aja. Boro-boro berdoa, solat, dzikir dan baca al quran gue lakukan sesuka hati alias bolong-bolong. Pokoknya gue merasa gak terarah banget, seperti jiwa tanpa raga. Kosong. Gue sendiri yang memutuskan untuk menjauh dari-Nya. Gue berasa seperti robot, yang mengulang-ulang kegiatan yang hampir sama setiap hari. Bangun-sahur-kerja-tidur-bangun-sahur-kerja-tidur. Seperti ada yg memencet tombol repeat untuk gue setiap harinya. Hati gue seperti mati. Katanya, allah itu dekat kalau kita mendekatinya. Dan Allah itu jauh kalau kita menjauhinya. Kadang gue suka amaze aja, gue masih dan masih bisa kebangun, nulis, haha hihi setiap hari. Padahal mudah aja buat Dia kalau mengambil itu semua dari gue. Begitu banyak nikmat yang Dia beri buat gue, tapi gue justru jadi hamba ngehe yang hobinya misuh-misuh gak tau diri. Mungkin gue butuh waktu kh