Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Dating a 30 Year Old Man, Kenapa Enggak?

Cinta gak mengenal usia. Kalau Kahlil Gibran bilang, ini masalah kecocokan jiwa. Ada yang nyaman menjalin hubungan dengan yang seumuran, ada juga yang memilih menjalin hubungan dengan pria dengan rentang usia yang jauh. Memang, perkara jodoh gak semudah seperti memesan nasi goreng di abang-abang yang kamu bisa setel rasanya. Kalo kurang asin tinggal minta tambah garam, kalo kepedesan tinggal minta tambah kecap. Kita tidak bisa meminta jodoh macam apa yang udah dipilihkan oleh Sang Maha Pengatur. Jodohmu bisa saja seseorang yang gak kamu sangka-sangka sebelumnya. Atau mungkin bisa saja masuk dalam kategori "gak banget" versi kamu, tapi kalian terikat dengan sebuah kata sakral yang bernama "pernikahan".  Jadi, belakangan gue mencoba untuk menjalin hubungan yang lumayan intens dengan beberapa pria yang usianya 5-6 tahun di atas gue. Ada yang sebagai sahabat, ada juga yang memang secara personal ngedeketin gue. Ya, tapi biasa aja sih. So far gue ngerasa belum

Bertemu Fariza, Si Pembawa Baki Bendera Pusaka

bantet :/ Usianya baru 16 tahun. Tapi dia mampu membuktikan peribahasa "hasil tidak akan mengkhianati usaha". Sempat ditentang sama orangtuanya mengikuti Paskibra, siapa sangka, Fariza berhasil mewujdukan mimpinya mengibarkan Sang Saka merah putih di Istana Negara. Kesan pertama gue ketemu dengan perempuan manis ini adalah anaknya tinggi banget, sekitar 173cm! Sedang gue cuma 160cm kurang dikit, kebayang gimana waktu gue berfoto di sebelah dia? Gue AMAT SANGAT TERLIHAT BANTET, PEMIRSA! Fariza Putri Salsabila, gue ketemu dia ketika rombongan anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) berkunjung ke kantor gue. Kebetulan gue diminta sama si Mas Korlip untuk meliput kegiatan mereka selama berada di kantor gue. Jadilah gue punya kesempatan untuk kenal dan ngobrol dengan dedek manis ini walau cuma sebentar.  Fariza saat ini duduk di kelas XII SMA di SMA 1 Blitar. Ketika pertama kali gue ajak dia ngobrol, dia manggil gue "kak". Gue nanya-nanya

Mengapa Kamu Harus Berhenti Kepo Mulai Sekarang

Menurut hemat gue, ada beberapa jenis kekepoan yang harus dihindari di dunia yang fana ini. Pertama, kepo terhadap urusan pribadi orang lain. Kecuali si orang tersebut menceritakan sendiri ke elo, lo boleh kepo. Misalnya kepo terhadap rumah tangga artis-artis di Indonesia. Sudahlah gak tau duduk permasalahan sebenarnya, eh komennya jahat pula. Duh mbak.  Kedua adalah kepo tentang kehidupan mantan. Kekepoan tentang hal ini juga harus secepatnya kamu hentikan karena sangat tidak berfaedah. Prinsipnya, gue gak mau tau lagi tentang secuilpun informasi pria yang sudah menyandang status mantan di hidup gue.  Ntah itu kabarnya, dia udah ngasi makan bebeknya atau belum, atau bahkan soal pacar barunya. Gue menghindari hal-hal itu. Because th e more you know, the more hurt you'll get.  Sebenarnya, ada waktunya elo boleh kepo soal mantan.  Seorang kawan pernah ngomong kayak gini ke gue. " Kepolah ketika lo udah siap. Kapan siapnya? Ketika lo udah bahagia, ketika lo udah punya

Kita Adalah Kebetulan yang Disengaja Oleh Tuhan

Ada miliaran umat manusia yang tersebar di alam semesta. Ada banyak probabilitas yang terjadi setiap harinya di hidup manusia. Diantara berjuta peluang yang bisa tercipta, tapi mengapa justru Tuhan mempertemukan saya dengan kamu?  4.22 PM https://ak5.picdn.net

Surat Kesekian Dari Saya

Halo,  Kamu apa kabar? Masih suka ketiduran dengan bungkusan potato chips di tangan, dan kacamata yang belum terlepas?Kebiasaan yang sangat menggelikan dan menggemaskan menurutku. Karena kebiasaan itu biasa dialami oleh orang yang malas. Maaf ya. Sudah kubilang, jangan suka ngemil malam. Mau pagi-pagi kamu bangun dikerubungi sama semut?  Weekendmu masih suka dipakai untuk tidur seharian? Sudah berapa kali ku bilang supaya kamu untuk lebih peduli dengan kesehatanmu. Gak lihat perutmu makin buncit? Bukannya aku bawel, aku sebenarnya peduli. Aku rindu mengomelimu. Ngomong-ngomong, kabarku baik. Aku masih aku yang sama. Yang tidak pernah suka dengan hiruk pikuk mall. Yang lebih suka ngadem di taman atau ngobrol ngalor ngidul di kedai kopi. Perasaanku juga masih sama. Seperti pertengahan November tahun lalu. Saat kali pertama aku tatap mata coklatmu. Dari aku, Kesalahanmu

5 Alasan Kenapa Naik Transjakarta Itu Bikin Bahagia

As a good citizen, I always choose to use public transportation for my daily activity. Sebenarnya yang gue lakuin ini antara ingin berkontribusi mengurangi kemacetan di Ibukota atau memang mau ngirit. But whatever is it, gue merasa naik transportasi publik itu banyak banget manfaatnya. Salah satunya bikin bahagia. Adapun transportasi publik yang gue pilih sehari-harinya adalah busway. Sebelum hijrah menjadi pengguna busway Transjakarta, gue tergabung dalam satu diantara berjuta-juta pengendara motor yang setiap harinya berseliweran di jalanan Jakarta. Bayangkan, gue menghabiskan waktu 3 jam bolak balik dari rumah om gue di Bekasi tempat gue tinggal waktu itu menuju kantor gue di kawasan Gatot Soebroto setiap harinya. Dan rasanya... jangan ditanya. Gue sampe gak nemu kata yang tepat di KBBI untuk mengekspresikannya. Akhirnya, setelah melewati pergolakan hati yang panjang dan tidak mudah, gue putuskan untuk menjadi pengguna setia busway. Dan belakangan, gue merasakan beberapa m