Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Jadi Begini,

Menikah itu berat. Sejak zaman Prabu Siliwangi memerintah di Kerajaan Pajajaran pada 1443 Masehi, semua juga udah paham hal itu. Makanya gue suka "amaze", kok ada ya golongan manusia yang dikit-dikit ngeluh "Capek kerja, mau nikah aja", itu gimana ya maksudnya? Gue (kebetulan) menikah di usia 26 tahun. Kenapa kebetulan? Jangan mikir gue (amit-amit) hamil duluan, jangaaan ya. Gue menikah di usia yang mungkin terbilang masih tahap wajar ( kalo kata netijen, padahal ga ada kata terlambat untuk menikah kalo kata gue ). Padahal dalam timeline gue, targetnya gue pengen nikah di usia 28-29 tahun. Gue pengen menikah ketika udah selesai dengan diri sendiri. Tapi ternyata makin ke sini gue sadar, pasangan gue inilah yang ternyata membantu untuk pelan-pelan selesai dengan diri sendiri. Karena pada saat kita sudah menikah, tanggung jawab baru yang lebih besar sudah menanti di depan mata. Balik ke topik kenapa menikah itu berat, makanya ada banyak hal yang harus j

Kepada Sepasang Mata

Sebelumnya saya pernah terjatuh dalam sorotan sepasang mata yang dalam.  Saya pikir, itu satu-satunya sorot mata yang paling dalam yang pernah saya tatap seumur hidup saya. Ternyata saya salah.  Ada sorot mata lainnya. Tidak dalam, tapi justru dia terlihat lelah. Kosong. Bahkan bingung.  Dalam sepasang matanya, saya tahu betul ia sedang menyimpan sebuah luka. Luka lama yang sudah tidak mau lagi ia buka. Saya seakan paham bagaimana pedihnya. Tapi dia berusaha tertawa.  Sekarang saya percaya bahwa mata adalah jendela jiwa. Tapi tidak semua jendela itu terbuka. Beberapa orang memilih untuk menutupnya rapat-rapat. Sampai ia yakin ada tamu yang tepat, yang bisa membukanya. Dan saya percaya, dia akan menemukannya. 

(Mencoba) Berdamai Sama Jam Biologis yang Gak Logis

Setiap makhluk hidup perlu beradaptasi. Seperti yang pernah kita pelajari saat bangku SD, adapun tujuan makhluk hidup beradaptasi adalah agar bisa mengatasi tekanan dan bisa bertahan hidup di lingkungannya.  Jadi, kurang lebih hampir tiga tahun lamanya gue terbiasa dengan jam kerja macam Pegawai Negeri Sipil (PNS) yakni dari jam 9-5 sore. Jarang lho, jam kerja di media bisa seteratur ini. Itu karena kerjaan gue saat itu adalah nge-handle internal media sebuah perusahaan telekomunikasi, otomatis jam kerja gue ngikutin jam kerja mereka. Berangkat pagi bareng pak suami, makan siang jam 12, pulang jam 5. Begitu terus selama tiga tahun belakangan.  Semua baik-baik saja sampai suatu hari gue memutuskan untuk melepaskan "my comfort zone". Ya namanya hidup, kadang kita butuh sebuah tantangan biar gak ngebosenin (tapi giliran dikasi tantangan, malah ngeluh bahkan nangis-nangis. Hahaha siapa eeaa?) Setiap memulai sesuatu kebiasaan yang baru, tentu gak semudah itu, Fer

Jangan Percaya Pada Perpisahan

Saya percaya, tidak ada yang sebenar-benarnya perpisahan di dalam hidup ini. Yang ada hanya kita tidak bertemu, berinteraksi, berdiskusi, bekerja, tertawa bahkan bertengkar lagi setiap hari. Makanya, jangan percaya pada sebuah perpisahan.  Terima kasih untuk perjalanan tiga tahunnya yang sangat menyenangkan. Semoga kalian nanti juga menemukan haluannya masing-masing. Sebab hidup terlalu hambar kalau tidak keluar dari zona nyaman, bukan? -Meutia-

Dear Ed Sheeran, You Look Perfect Tonight

Kalo sebagian orang punya cita-cita pengen jadi dokter, pengacara, horang kaya, atau kerja di start up, kayaknya itu gak berlaku buat gue. Cita-cita dalam hidup gue cuma dua: pengen nyaksiin live concert Coldplay dan Ed Sheeran. Udah itu aja. Dua tahun lalu, gue berkesempatan menyaksikan langsung Chris Martin dkk pecicilan gegulingan di atas panggung. Konsernya gak di Jakarta, tapi di negeri tetangga yaitu Singapura. Berangkat kesana dengan penuh kerempongan sebenarnya. Tapi akhirnya gue bahagia kayak mau nangis udah bisa ngeliat penampilan langsung band idaman gue sejak zaman Majapahit ini. Abis nonton Coldplay itu rasanya kayak one of the biggest achievement in my lyfe aja gitu ~ Pulang dari sana, hidup gue kembali berjalan seperti biasa. Kerja, patah hati, pacaran, kerja lagi, sampe suatu hari gue mendapatkan berita kalo Ed Sheeran bakal manggung di Jakarta pada 9 November 2017. Karena waktu itu gue lagi banyak banget pengeluaran, akhirnya gue harus logis gak maksain diri

Hidup Minimalis: Menyederhanakan Keinginan, Memperbanyak Menebar Kebaikan

Gue terlahir sebagai perempuan yang impulsif. Yang gak terlalu memikirkan konsekuensi dari setiap tindakan yang diambil. Apakah itu menjadi sebuah kekurangan? Gak juga sih. Ada untungnya juga lho mempunyai sifat ini. Gue jadi gak perlu mikir lama-lama kalo mau mutusin sesuatu. Gak ribet ini itu. Iyain aja dulu. Masalah resiko itu belakangan. Lagian, what is life if not a gamble ? #Pembelaan Sifat impulsif itu juga kebawa kalo lagi belanja. Sebagai manusia yang penuh dengan khilaf dan lemah iman, gue dulu suka berbelanja sesuatu yang gue anggep "lucu, imut, atau beli dulu deh karena masih belum punya warna atau model begini". Yang gue pikirin saat iti adalah gue harus punya. Pokoknya, kalo ke mall pulang tanpa nenteng sesuatu itu rasanya kayak ada yang kurang. Sama kayak kalo abis keluar dari aplikasi e-commerce tanpa ada barang yang di-check out, rasanya ngeganjel aja gitu di hati~ Ketika gue belum punya lipstick merk X, gue beli. Ternyata pas dicek lagi, gue punya

Surga Itu di Bawah Telapak Kaki & di Masakan Ibu

Gue: Bu, aku lagi pengen makan donat. Sabtu ajarin cara bikinnya ya Ibuk : Okee *Sabtu pagi jam 8an gue bangun dengan penuh semangat Gue: Buk, ayukkk bikin donat Ibuk: Itu udah jadi donatnya Gue: *melongooo* foto lama Ibuk (mertua gue) selalu bangun pagi. Bahkan jauh lebih awal dari gue dan pak suami. Setiap pagi tangannya yang walaupun sudah keriput dan mata terkantuk, tapi ia tetap lihai mengiris bawang, memotong cabai, dan merajangnya kecil-kecil. Rasa perih, atau panas terkena cipratan minyak mungkin sudah biasa baginya. Tapi tak pernah ia hiraukan. Biasanya, ibuk memulai menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak besok pagi pada malam sebelumnya. "Kalo disiapin besok pagi, duh gak bakal kekejar", katanya pada gue. Setiap malam dia duduk di lantai, mengiris bahan makanan yang akan dimasak sambil menonton sinetron kesukaannya "Cinta Yang Hilang". Kadang sesekali gue bantu, tapi lebih sering enggak. Ya gimana, gue bukannya mempermudah kerjaa

"Berusaha"

Perihal tentang sebuah kata yang disebut "berusaha".  Kita manusia tugasnya adalah mencoba dengan sepenuh jiwa dan raga.  Tak lupa diberi sedikit bisikan doa dan percaya, bahwa  DIA tidak pernah alpa.  Tenang saja, semua sudah diatur sebagaimana mestinya.  Coba, coba, dan coba.  Jika suatu saat lelah mendera, ambillah jeda.  Tak usah pura-pura perkasa. Itu hanya sementara.  Meski harus menyeka air mata, kembalilah berusaha dan meminta.  Karena katanya, tidak akan ada yang sia-sia.  Bila tiba masanya, semua akan berjalan semestinya.  Sisanya, giliran semesta yang bekerja.  Tak perlu iba, kecewa, atau mendrama.  Simpan saja, semua.  Sabar yang kau jaga pasti ada balasnya.  Jika DIA sudah bersabda, kita wajib percaya. 20:35 -di depanmu- foto saya

Selamat Ulang Tahun, Lelakiku

Selamat ulangtahun lelakiku. Sebagai sesama Pisces yang gampang baper dan emosian, saya paham betul gak mudah untuk bisa menerima ketika adakalanya kita bersebrangan. Aku dengan argumenku, kamu dengan argumenmu. Tapi percayalah, Pisces gak serumit itu kok. Karena katanya sih Pisces sama Pisces adalah pasangan terbaik. So, let's do this fuckin life together  🥂 😂

Dua ribu sebelas

Dua ribu sebelas Dunianya hanya tentang bangun di minggu pagi, menonton kartun kesukaannya, bermain prosotan, dan makan sup daging di sekolah.  Hari itu orang-orang ramai sekali datang kerumahnya. Dia sangat senang, karena hari itu hari raya.  Dia bersuka cita. Bermain kesana kemari, lari-lari mengelilingi rumahnya. Orang-orang memeluknya. Menciumnya. Mengusap kepalanya.  Dia masih sangat kecil. Lugu sekali.  Dia belum kenal sakitnya kematian.  Di sebelahnya, ia menyaksikan ayahnya tidur. Orang-orang mengaji mengelilingi ayahnya. Menangis. Tapi dia masih tidak paham apa yang terjadi.  Yang ia tau, hari itu adalah hari terakhir ia melihat ayahnya tidur. Selamanya.  :'

Lyfe Hack Jadi Perempuan Mandiri di Ibukota

foto: https://8tracks.com 1. HARUS PUNYA MUKA JUDES 2. HARUS PUNYA MUKA JUDES 3. HARUS PUNYA MUKA JUDES 4. HARUS PUNYA MUKA JUDES 5....DST

Merayakan Kebahagiaan dengan Seplastik Kopi

angkat plastikmu kawan!! Dear para coffe snob , kapan dan gimana sih waktu dan tempat terbaik buat meminum kopi versi kamu? Saat senja hari,  bersama gebetan,  di kedai kopi yang instagram-able, pencahayaan yang esksotis, ada wifi, dan ada pendingin ruangan? Terus juga gelas kopi yang mahal, sofa yang empuk, dan pajangan quote-quote yang inspiratif? Gak ada yang salah dengan hal itu. Sama sekali gak. Semua orang berhak menentukan standar kebahagiaan versi mereka sendiri. Tapi, berkunjung ke kedai es kopi Tak Kie akhir pekan lalu menggeser sedikit pandangan gue tentang sebuah "standar kebahagiaan".  Mungkin sebagian dari kalian udah pernah mengunjungi kedai kopi yang berlokasi di Gang Gloria, Glodok ini. Gang? Iya. Kedai es kopi ini lokasinya berada di dalam gang sempit yang kanan kirinya riuh dipenuhi para penjual makanan. Gak seperti kedai kopi pada umumnya, kedai kopi Tak Kie ini justru amat sangat............ Awesome. Kenapa? Pertama, dari segi lokasi. Sepe

Kemping, Kuntilanak dan Ketawanya yang Kampret

Sumuk melihat timlin media sosial yang isinya cebong ama kampret yang berantem melulu, Sabtu (26/1) gue dan beberapa kawan gue memutuskan untuk rehat sejenak dan kemping bersama. Adapun lokasi yang kami pilih adalah di perkemahan Situ Gunung, Sukabumi. (Secara kami anak Indie yang hidupnya gak jauh-jauh dari coffe, senja, hutan, gunung, hujan, dan pwisiii).  Tapi, di sini gue gak bakal cerita soal gimana transportasi ke tempat kempingnya, berapa ongkosnya, bagus gak tempat kempingnya, dll, gak sama sekali. Kamu bisa menemukan informasi itu di blog-blog lain. Bukan di sini. (Lagian udah tau blog gue ini unfaedah , tapi masih aja pada baca. Gue mau cerita tentang keisengan (sebut saja Miss K ) yang mengganggu sleeping beauty gue pas lagi kemping. Setelah berlelah-lelah treking dan main air di Curug Sawer, sebelum adzan magrib berkumandang kami semua memutuskan buat balik ke tenda. Bukan apa-apa sist, ya namanya di hutan kalo malem pasti agak creepy gimana gitu. Lagian jarak d

Let the past be the past~

Hidup manusia disusun dari pecahan berbagai peristiwa yang kemudian terkumpul menjadi sebuah kenangan. Sayangnya, sebagian dari kita cenderung senang mengingat kenangan yang buruk. Dasar manusia-manusia masokhis.  -di depanmu- image by: lupa ngambil dimana :/

Terima Kasih Pak B(r)ambang

Sejak resmi menyandang status sebagai " istri " (IYA IYA), otomatis segala urusan dunia perdapuran dan perkulkasan menjadi tanggung jawab gue. Tugas gue cuma ngisi dan belanja doang sih, tapi tetep uangnya dari Mas Suami. HaHaHa. Jadi, salah satu rutinitas gue setiap minggu adalah mengisi kulkas dengan berbagai macam buah. Ini gue lakukan sebagai langkah kecil menuju Indonesia Sehat 2019 dengan bertekad rutin makan buah. Mulai dari mangga, pisang, buah naga, jeruk, pir, pokoknya segala macam buah.  Tapi problemnya, sebagai bu ibu " snob ", indra penciuman gue belum mampu untuk membedakan mana buah yang masih mengkal, matang, atau busuk. Suka selalu salah beli. Kadang masih mengkel-lah, kadang busuklah, kadang asemlah, dan kadang-kadang bener alias matengnya pas. Ini akibat kalo lagi belanja buah sendiri, gue cuma mengandalkan bagian divisi alam bawah sadar aja. Please jangan bully aqu~ Pernah suatu hari gue beli mangga di pinggir jalanan deket rumah, g