Langsung ke konten utama

Hijrah ke Desk Telko :)

Dari yang dulunya ngurusin segala sesuatu yang berhubungan dengan duit negara, sekarang ngurusin kabel, jaringan, sinyal dan kawan-kawannya. Rasanya? Bahagia!



Semenjak lulus kuliah tahun 2013 lalu, gue bersyukur karena gue nggak perlu lama-lama menjadi tuna karya alias penganguran. Bahkan, sebulan sebelum pindah toga, gue sudah resmi menyandang status "wartawan"(kemarin sore sampai sekarang) disebuah media online milik orang terkaya nomer 15 di Indonesia versi Majalah Forbes tahun 2015.

Desk pertama gue disana adalah di properti. Lingkup liputan gue antara lain seputar harga sewa dan jual properti termasuk rumah, apartemen, hotel, mal, perkantoran hingga kawasan industri. Terus kadang gue disuruh mantengin harga semen, cat, ubin dan kawan-kawannya. Belum lagi soal surat menyurat dan KPR-KPR-an. Kalo dari segi pemerintahnya gue sehari-harinya mantengin kinerja dari Kementerian Perumahan Rakyat atau Kemenpera (yang sekarang dilebur menjadi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat/Kemenpupr). Begitulah yang gue lakukan dengan senang hati (maklum anak baru) selama enam bulan pertama gue di sana.

Gue inget banget liputan pertama gue adalah pameran rumah murah yang diselenggarakan oleh salah satu asosiasi pengembang di Jakarta. Di sana,saking nggak taunya mau ngapain gue cuma keliling dari satu stand ke stand yang lain mintain brosur dan nggak membawa hasil apa-apa karena gue nggak tau harus nulis apa. Sementara di ujung sana redaktur gue udah bawel banget nelpon-nelpon nanyain berita gue mana. Percayalah, semua wartawan baru pasti pernah mengalami masa-masa ini!

Gardanya HT!


Enam bulan selanjutnya, kantor gue membuat kebijakan baru yang berujung gue harus di-rolling ke desk ekonomi. Disitulah ketangguhan gue sebagai wanita diuji. Agenda liputan properti nggak se-hectic di ekonomi. Di properti dalam seminggu gue maksimal bisa 4 kali liputan, beda dengan ekonomi yang bahkan dalam sehari gue bisa 2 sampai 3 kali pindah lokasi. Kaliin aja, berarti dalam seminggu kalo sehari 2 agenda, seminggu gue bisa 12 kali liputan dengan hitungan 6 hari kerja. Belum lagi agenda yang satu dengan agenda yang lain kadang suka mepet waktunya. Kalo sudah begitu, gue diminta pakai jurus 'amoeba' alis belah saja badan hayatiiii!!!

Duduk ngemper di lantai nungguin menteri udah jadi kegiatan sehari-hari :D


Pertama kali liputan di desk ekonomi gue ngerasa makanan macam apa inihhh. Boro-boro baca berita ekonomi, gue lebih suka melihat kalo ada diskon di mol-mol atau kartu kredit yang ngasi cicilan ringan. Wanitaa!! Ekonomi itu cakupannya luas banget dan gue sama sekali nggak ada background pendidikan di ekonomi. Ada perbankan, asuransi, saham, sektor riil, makroekonomi,s sampai energi dan gue dituntut untuk 'paham' itu semua. Gimana gue nggak mati bediri...

Dari liputan soal harga saham yang naik, turun, stagnan, harga minyak, ngurusin duit negara di APBN, harga BBM, tarif listrik, sampai ke batu akik pun gue udah pernah mengalami. Atau nungguin para wakil rakyat kita yang rapat nggak jelas sampai malam begitu ditanya hasilnya nggak ada (gemez bet) pun gue juga pernah ngalamin hal itu. Atau keluar masuk pasar induk yang banyak kuli-kulinya sambil ngintilin menteri yang sidak (pencintraan) subuh-subuh juga gue udah pernah, sampai gue liputan ke perbatasan di Indonesia yang sama sekali nggak ada sinyalnya. Atau dari yang ngejar-ngejar menteri, sampai ngejar-ngejar tukang batu akik pun juga udah gue alamin. Liatkan gigihnya wartawan? Narsum aja dikejar-kejar, apalagi kamu..... #iyuwhh
atau nungguin rapat sampai tengah malam :(

ngejar-ngejar si opungggg
Belum lagi teman-teman liputan gue yang rata-rata seumuran dengan gue. Mereka yang selalu siap mendengarkan curhatan gue kalo diomelin redaktur, tulisan jelek, atau typo yang keterlaluan. Biasanya nih ya, menurut pengamatan gue anak online ngumpulnya juga sama anak online juga, dan anak koran mainnya sama anak koran juga. Katanya, anak koran nggak mau gaul dengan anak online karena pengen (sok-sok) ekslusif takut beritanya bobol oleh anak online. Itu udah jadi semacam rahasia umum aja (no hard feelling ya, just my opinion :P) . Padahal mah, menurut gue kalo temenan ya udah temenan aja, kerja ya kerja. Persaingan itu emang selalu ada, tapi ya nggak usah sampai ngerusak hubungan pertemanan juga keleus.

liputan eksplorasi minyak di tengah-tengah laut yang engga ada sinyal!

Kurang lebih satu tahun enam bulan gue bekerja di media online tersebut. Sampai akhirnya karena satu dan lain hal, gue tertantang untuk menguji kemampuan menulis gue dengan menjadi wartawan di salah satu majalah internal milik taipan industri di Indonesia. Nggak jauh-jauh, di sana liputan gue juga masih seputar desk ekonomi. Jadi meski gue pindah media, tapi gue tetep nggak kehilangan sahabat-sahabat gue itu. Gue disana kurang lebih selama satu tahun. 

Dan sekarang, takdir membawa gue disini. Duduk manis setiap hari di kantor, masuk jam 8 pagi pulang jam 5, dan menggunakan baju yang formil setiap harinya dan gue tetep mensyukurinya. Saat ini, gue bekerja di salah satu anak usaha raksasa media yang sangat termahsyur namanya di Indonesia. Ntah Tuhan kasian sama gue ntah apa, gue merasa beruntung aja bisa bekerja disini. Hahahaha...

Masih sebagai wartawan, kali ini lingkup liputan gue adalah di desk Telekomunikasi. Kebetulan, kantor gue saat ini tengah mendapat proyek untuk membuat majalah dalam format PDF dari operator terbesar di Indonesia. 

Bekerja di desk telco tentunya 'mainan' baru lagi buat gue. Ngurusin pulsa, sinyal, ngejagain jaringan, sampai internet sudah menjadi makanan gue sehari-hari disini. Cuma, lingkup liputan gue lebih sempit karena agendanya seputar agenda perusahaan saja. Pertama kali gue liputan : gue BLANK! Combat itu apa, BTS itu apaaa, fiber itu apaaaa, monster macam apa mereka itu semua?? Rasanya kayak mau nangis ajaaaaaaaaaa.

Ini udah bulan keempat gue di sini. So far, meski sekarang gue jadi anak kantoran banget, lingkungan kerja gue sangat menyenangkan. Gue punya tim yang kompak, beda prinsip sedikit itu wajar menurut gue sebagai manusia biasa. Tim gue terdiri atas 9 orang laki-laki, dan 2 orang perempuan yakni gue dan sahabat gue, Dince. Jangan ditanya rasanya gimana sehari-hari dikelilingi oleh 9 ekor laki-laki ini? Hahahahahahhahaaha. Hidup gue jauhhh jauhh lebih berwarna.

Gue juga nggak pernah menyangka bisa bekerja di tempat ini sekarang. Sejujurnya, dalam hidup gue enggak mau terlalu menjadi pribadi yang ambisius. Punya target boleh, cuma kalau seandainya si empunya kuasa nggak mengizinkan ya apa boleh buat.Tentu DIA lebih tau apa yang gue butuhkan ketimbang apa yang gue inginkan. Di saat gue mulai kehilangan (waktu) untuk bertemu sahabat-sahabat gue di ekonomi, Tuhan memberikan gantinya 10 orang sahabat baru di telco yang kelakuannya kadang bikin gue pengen membesarkan dada eh maksudnya mengurut dada. Dan gue nggak sabar menunggu kejutan apa lagi yang akan diberikan si Penguasa Kehidupan ke gue ke depannya. Selamat makan sianggg!

And, there i am... :)


Komentar

  1. selamat bersenang-senang dikerjaan baru mba meutia...
    semoga aku juga segera dapet kerjaan baru yaa xp

    BalasHapus
  2. hahah terima kasih loh mbak raisaaa. Aamin kencengg!!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017