Langsung ke konten utama

Ada Masa Saya Pernah Jatuh Sedalam Itu

Ada masa ketika saya pernah jatuh sedalam itu. Masa dimana saya merasa dunia sungguh tidak adil perputarannya. Ketika kepercayaan yang hampir sepenuhnya saya titipkan, tapi disia-siakan. Ketika dia memilih jalan yang berbeda dengan saya, ketika dia memilih menaklukan dunianya sendiri.  Tanpa saya.

Dia pernah menawarkan pundaknya. Tempat ternyaman untuk sejenak bagi saya merebahkan kepala setelah seharian menaklukan dunia.

foto : static.tumblr.com

Dia begitu mengagumkan dengan mimpinya, caranya memandang dunia. Dia, yang saya masukkan ke dalam salah satu daftar mimpi yang ingin saya wujudkan, ternyata tidak menganggap saya sepenting itu. Tangan yang saya ulurkan tidak disambutnya. Peluh yang jatuh hanya saya usap sendiri. Rumah yang saya tawarkan tak disinggahinya. Ternyata menjadi yang ditinggalkan terlebih dahulu itu sungguh tidak mudah. Semuanya beku. Pilu.

Saya menyadari, siapun yang dicintai ada masanya dia akan pergi. Begitu juga sebaliknya, seberapapun kita mencintai seseorang, ada masanya kita akan meninggalkan. Saya pernah berjuang sekeras itu. Tapi sungguh Tuhan Maha Pencemburu, tak suka berlebihan karena saya terlalu memuja seseorang. 

Saya masih ingat malam dimana saya bersujud kepada-Nya. Saya pernah menjadi hamba yang sombong dan jumawa sebelumnya. Saya lupa, bahwa di setiap rencana yang dituliskan masih ada Dia yang sebagai pengatur jalannya semesta. Dalam sujud saya memohon maaf karena sudah menjauh dariNya. Saya pasrah, meminta supaya sakit ini disembuhkan, luka ini diobati, dan dia yang pergi ini bisa saya ikhlaskan. 

Sampai akhirnya, semua kembali terasa biasa. Hidup saya kembali berjalan baik, bahkan jauh lebih baik. 

Saya percaya, tidak semua kehilangan itu buruk. Kehilangan yang hebat yang sebelumnya saya rasakan, kini mengantarkan saya kepada pria yang sekarang ini ada di sisi saya. 

Dia memang biasa saja. Tapi dia memiliki hati yang sangat luas dan nyaman untuk saya tinggali. Dia menerima saya sepaket dengan kurangnya saya. Dia begitu berbeda dari pria yang pernah datang dan pergi dalam hidup saya. Hidupnya penuh perjuangan yang tidak mudah, dia begitu mencintai ibunya. 

Sungguh kali ini saya tidak ingin lagi jumawa. Saya pasrahkan semuanya cerita kami akan dibawa kemana oleh Sang Pemilik Rencana. Saya percaya, segala sesuatu yang diawali dengan niat yang baik akan berakhir baik. 

Tidak banyak pinta saya. Semoga saya dan dia, nanti, bisa sehidup sesurga. Aamin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017