Langsung ke konten utama

Tuhan Tersenyum Saat Menciptakan Banyuwangi (I)


Berkunjung ke Banyuwangi sebenarnya masuk ke dalam bucket list gue tahun ini. Tabungan udah disiapin, kalender bulan Oktober juga udah dilingkarin, tinggal menunggu restu cuti dan gue siap berangkat. Tapi puji syukur Sang Pemilik Semesta mengijinkan gue pergi ke kota yang dijuluki The Sunrise of Java ini jauh lebih cepat dari target gue, plus bonus dengan budget Rp0 alias FREE :D

Jadi, dari sekian ratus alasan mengapa bekerja sebagai jurnalis itu menyenangkan versi gue, inilah salah satu alasannya. Penugasan liputan bisa membawa kami para jurnlais pergi kemana saja baik di dalam atau luar negeri dengan 'gratis'.

Tapi, jangan dikira kalau gue bisa sepenuhnya bahagia dengan jalan-jalan ini. Meski gratis, tapi sang redaktur menitipkan banyak 'titipan' ke gue yang tidak lain dan tidak bukan adalah laporan perjalanan selama di sana. Yaudahlah ya, namanya juga kerja. Kecuali kalo emang benar-benar liburan, baru gue bisa terbebas dari segala macam titipan-titipan tersebut. Lagi, disyukuri aja. 

Berangkatlah gue bersama rombongan kantor pada 26-28 April dalam rangka acara kantor gue. Jadi, selama di Banyuwangi gue kemana aja? 

Pertama kali meninjakkan kaki di kota ini rasanya? PANAS CYIIIN 32 derajat Celcius. Banyuwangi itu panassss banget sama kayak Padang. Bandara Banyuwangi bernama Blimbingsari yang bentuknya sama kayak bandara-bandara kecil di pelosok Indonesia lainnya. Benar-benar super kecil. 

Berkunjung ke berbagai daerah di Indonesia, selain wisatanya, makanan khas daerah tersebut juga menjadi inceran gue. Meski gue emang gak terlalu suka kulineran, tapi gak lengkap aja rasanya kalo gak icip-icip makanan khas Banyuwangi. Jadilah gue, Dini dan Pak supir yang baik hati berkeliling kota Banyuwangi sore-sore. 

Setelah melewati diskusi yang sengit ditambah waktu yang super mepet, jadilah kami memutuskan mencicipi 2 jenis kuliner aja, yaitu nasi tempong dan pepes tawon. Sebenarnya ada satu lagi sih, pecel pitik. Cuma waktu gue tiba di tempat makannya, sayangnya lagi tutup. Dan gak sempet nyari tempat lain karena waktunya yang mepet. Dua kuliner ini gak boleh kamu lewatkan ketika berkunjung ke sini. 

Ketika gue mendengar kata "Pepes tawon", gue langsung kayak amazing gitu. Membayangkan sarang tawon dan beserta isi-isinya dipepes masuk ke dalam mulut gue kayaknya gimanaaaaa gitu. Jujur gue emang bukan pecinta kuliner ekstrim. Belom pernah malah makan yang aneh-aneh. Cuma karena didorong rasa penasaran aja gue berani coba. Gue dianter oleh si bapak supir yang baik hati ke sebuah tempat makan di daerah Bakungan. 

Kata si ibu yang jual, pepes tawon ini terdiri dari sarang tawon beserta isinya (baby tawon hua huaa), bumbu rempah seperti bawang merah, bawang putih, asam, tomat, gula merah dan kemiri. Kesemuanya dibungkus dalam daun pisang dan dikukus selama setengah jam. Pepes ini katanya nikmat banget dimakan dengan nasi selagi anget. Katanya sih bisa menambah stamina. 

Pertama kali gue beranikan diri mencoba pepes ini. Rasanya? Mungkin karena lidah gue gak terlalu terbiasa ya, jadi rasanya kayak aneh gitu. Perpaduan asem pedes gurih pada bumbunya, dan kaya kriuk-kriuk gitu karena gue ngegigit sarangnya. Waktu gue ngunyah, kebayang bayi-bayi tawon yang tidak berdosa itu gue kunyah dan masuk ke perut gue. Hahahaha..

Belum puas nyoba sendiri, akhirnya gue mewawancarai salah seorang pelanggan di warung makan tersebut. Dan tau gak ibu-ibu yang gue wawancara itu bilang apa? 

"Enak mbak rasanya, gurih. Tapi kalo emang belum terbiasa nanti pas pertama kali makan badan biasanya bentol-bentol gitu,"

GUE KAGET DONG. Kebayang nanti badan gue bentol-bentol dan 'liburan' gue di sini jadi terganggu. Akhirnya gue bilang ke Dini jangan dimakan  lagi pepesnya. Enak sih, cuma gue gak mau ambil resiko badan gue atau Dini nanti jadi bentol-bentol..

ini penampakan pepes tawonnya
foto by : me


Kuliner kedua yang gue cicipi adalah Nasi Tempong yang emang udah gak asing lagi di Banyuwangi. Kuliner ini cocok buat kamu yang suka masakan pedess. Buat yang belum tau, kenapa dibilang nasi tempong, karena dalam nasi ini ada sambel yang dinamakan sambel Tempong. Kalau dalam bahasa Banyuwangi, "Tempong" itu berarti "Tampar". Maksudnya, saking pedesnya rasa sambelnya berasa kayak ditampar. Gilak gak tuhh???


Untuk menikmati nasi tempong ini, bisa dicampur dengan berbagai lauk. Waktu itu gue dan Dini emang dasar wanita berperut karet, memilih menu 2 sate telur puyuh, lalapan, cumi kecap dan tahu. Khilafffff :"")

  
pesenan gue dan dini, perempuan berperut karet :D
total makan kami berdua adalah Rp40 rebu, standar sih


Keesokan harinya, petualangan menjelajah alam Banyuwangi pun dimulai. Tempat wisata pertama yang gue kunjungi adalah Pantai Bangsring. Pukul 7 pagi gue bangun, dan dilanjutkan dengan sarapan. Tepat jam 8, gue dan rombongan memulai petualangan. Kata guide yang memandu perjalanan, Banyuwangi itu jarang ujan. Jadi emang pas banget untuk mantayyyy. Perjalanan dari hotel menuju pantai gak begitu jauh. Sekitar 30-45 menitan aja. 

Saran gue, karena Banyuwangi itu panas banget mending kamu selalu bawa sunblock kemana-mana. Tapi kalo gue emang dasar cuek sih ya, item yaudah item aja. Ntar juga balik lagi. Uniknya, bus mengantar gue dan rombongan cuma sampai gerbang depan pantai saja. Untuk masuk ke dalam, kami menggunakan mobil ala Jeep gitu. Dan udah ketebak, kalau menggunakan Jeep jalan ke dalamnya pasti udah kaya offroad.

Tebakan gue ternyata bener dong. Jalanan menuju pantainya bener-bener berasa kaya offroad. Untuk menuju pantai bangsring kita harus melewati ladang tebu apa jagung gitu gue gak ngeh. Jeep yang gue tumpangi juga gak pake AC, terus dikasi bonus matahari yang bersinar terik-teriknya. Nikmatilah nak :D

naik jeep!
Sampai di pantai Bangsring, so far pantainya bersih. Adem banyak pohon, pasir pantainya hangat. Yaiyalah, itu gue sampe sana jam 11 terik... Setiba di sana, gue langsung nyobain snorkling. FYI, bodo ama dibilang norak, ini pengalaman pertama dalam hidup gue mencoba snorkling. Kebetulan kantor gue berbaik hati memberi fasilitas snorkling. Menggunakan perahu boat, gue di bawa ke agak tengah laut. Tanpa babibu lagi, gue langsung pakai pelampung dan alat snorklingnya. Gak peduli matahari lagi tinggi-tingginya, gue cuek aja nyeburrr...


narsis di ayunan cinta
foto by : Tika

Dan.... ikannya banyaaaak!!! Lautnya yang biru berkilauan kena pantulan cahaya matahari siang. cantik!!! Gue gak tau apa aja jenis ikannya. Yang pasti gue bener-bener excited banget begitu melihat puluhan ikan lalu lalang di kaki gue. Geli juga sih, cuma gue udah kegirangan aja jadi gak berasa. Karena gue gabawa kamera GoPro, jadi gue gak punya foto bawah laut yang bisa dipamerkan :')
snorkling di siang bolong
foto by : gue
Puas snorkling, gue dan rombongan balik ke pantai menggunakan boat. Di sana makan siang sudah menunggu. Makan siang di outdoor di bawah pohon yang rindang, sambil ditemenin suara ombak dan pantai. Rasanyaaaa jangan ditanya...

Sehabis makan siang, petualangan gue berlanjut ke Taman Nasional Baluran. Gue girang banget segirang-girangnya begitu tau ada agenda ke sini. Selama ini gue cuma bisa melihat tempat yang dijuluki Africa van Java ini dari internet. Dan sekarang gue bisa berkunjung kesana. 

Katanya, waktu terbaik mengunjungi taman ini adalah bulan Oktober-November. Soalnya pada bulan itu Banyuwangi sedang terik-teriknya. Jadi padang rumput yang ada di taman nasional ini benar-benar seperti kayak di Africa, kering dan tandus. Tapi gak papalah, bisa sampai di sini aja gue udah bahagia banget.

Masuk menuju Taman Nasional Baluran ini juga menggunakan Jeep selama sekitar 1 jam perjalanan. Kiri kanannya hutan, dengan jalan yang penuh dengan batu.

welcome!

jalan berbatu, kiri kanan kulihat hutan :D

Gak lama, sampailah gue di padang rumput yang hitss itu bernama Savana Bekol. Bener ya, itu padang rumputnya luaaaaaaas banget. Mungkin kalo produser film Bollywood tau tempat ini, udah dipake kali buat syuting film lengkap dengan adegan joget-jogetnya karena saking luasnya. 

Savana Bekol

dengan background gunung baluran

Belum ke Baluran kalo gak foto pohon ini :D

langitnya yang cantik

duh :'D

Sekian perjalanan gue di episode 1 ke Banyuwangi. Nanti, entah kapan, gue sambung lagi episode 2 nya. Banyuwangi, yang dulunya identik dengan mistisnya kini udah berkembang jadi salah satu tujuan wisata yang gak kalah oke dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Kalau ada pepatah yang bilang " Bumi Pasundan lahir saat Tuhan sedang tersenyum", rasanya buat gue Banyuwangi juga pantas mendapat kalimat seperti itu juga karena keindahan dan kekayaan alamnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017