Langsung ke konten utama

Ribuan purnama?


Ini cerita bukan soal Cinta dan Rangga. Bukan pula soal kebaperan dan kegalauan anak muda yang ditinggal pergi kekasihnya. Ini cerita soal persahabatan yang terpisah hingga ribuan purnama, hingga mereka baru dipertemukan kembali di bulan suci.  

Prolog gue serius amat ya ..

Baiklah. Seperti yang elo elo semua tahu, setiap memasuki bulan Ramadhan jadwal buka puasa dari berbagai teman pun berdatangan. Mulai dari temen esde, temen ngaji, temen pesantren, temen SMP, temen SMA, temen les, temen kongkow, dan temen-temen lainnya. Bagi gue pribadi, gue bukan tipikal orang yang suka menghadiri semua undangan buka puasa itu. Bukan apa-apa bok, pengeluaran yang bakal dikeluarkan pastinya ga sedikitkan. Kecuali undangan buka puasa itu gretongan alias gratis.. tis..  tis..

Diantara undangan buka puasa bersama yang gue hadiri setiap tahunnya, buka puasa bersama temen esde adalah yang selalu ke-skip sama gue. Berbagai alasan mulai dari jadwal yang bentrok, ga nemu kontak, dan sejumlah alesan-alesan lainnya. Akhirnya, berkat canggihnya teknologi, mau ga mau gue harus berterima kasih pada Jan Koum pendiri aplikasi chatting favorit gue, Whatsapp. Berkat doi temen-temen gue yang hilang pun satu per satu bisa dipertemukan kembali.

Singkat cerita, akhirnya satu per satu temen-temen esde gue itu ngumpullah dalam satu temen-temen esde gue tersebut dalam grup Whatsapp yang bernama ADB2. Iya, kami semua dulunya bersekolah di sebuah SD yang bernama Adabiah 2 di pusat kota Padang. Enam tahun berturut-turut sekelas membuat kita semua deket banget. Tapi ya namanya anak-anak ya, pasti pada badung, tengil, cengeng, dan berbagai sifat ajaib lainnya.


Hingga akhirnya kurang lebih 10 tahun kemudian a.k.a ribuan purnama, Ibukota pun mempersatukan kami. Jadwal untuk berbuka puasa pun disusun. Kontrakan Heru dan Jombang diputuskan untuk jadi lokasinya. Alasannya ketimbang di cafe yang waktunya terbatas, mending di rumah bisa ngobrol tanpa batas waktu. Dan tentunya, lebih irit. hehehhe.

Minggu, tanggal 12 Juni pun tiba. Meski cuma berenam (gue, jombang, dio, ferry, heru, dan sandy) dan gue cewe sendiri, perjumpaan singkat itu sangat berkesan buat gue. Gimana engga? Gue satu-satunya cewe yang datang, karena gue satu-satunya cewe, guepun diminta untuk masak. Iya, masak. Hal yang ga pernah gue lakuin seumur hidup gue. Eh, engga ding. Gue pernah waktu itu sekali masak waktu di Padang. Ceritanya gue bikin telur balado. Karena pengen telur balado yang anti mainstream, gue googlinglah resepnya. Gue bersemangat banget waktu itu masaknya. Gue tambahin ini itu. Singkat cerita, ketika pas dimakan sama ade gue mukanya pada berubah. Ngga enak katanya.... Gue sedihhhhh!!
---sudahlahh.

Kembali ke bukberan tadi, akhirnya gue pun memutuskan membuat sayur sop bakso sosis aja. Kebetulan Ferry membawa bakso dan sosis dari rumahnya. Potong-potong, iris-iris, cemplung ini cemplung itu, jadilah sopnya dengan rasa yang antah berantah. Gue masukin garem yang gue taker ngikutin kata hati gue. (masukin garam pake tangan keleus, ga pake hati..)

Untungnya, Sandy yang baru banget balik dari Padang membawa tambahan lauk untuk 'menyelamatkan' gue jikalau sop yang gue bikin rasanya aneh.. 


ini sebagian lauknya..

Sampailah pas buka puasa, kita pun minum es sirop yang juga gue buat tadi. Dilanjutkan dengan solat magrib berjamaah dengan dio sebagai imamnya. Setelah solat, kita pun makan dan ngobrol dan saling bertukar pengalaman dan nyeritain apa kesibukan saat ini. Ngga lupa pula kita foto-foto dan video call dengan teman-teman lainnya yang berhalangan hadir. 


Lagi solat (pencitraan)



Belasan tahun ga ketemu, ternyata mereka masih sama. Ngga ada yang berubah. Masih tetap badung, gila, dan masih seperti bocah banget. Usia dan kejamnya kehidupan ibukota ngga pernah mengubah mereka. Dio dengan gaya ustadnya yang alim, Jombang yang sekarang jadi penulis buku, Heru yang sekarang jadi sutradara, Sandy yang udah jadi pengacara (hahah you know lah..), dan Ferry yang sukses ngurusin badannya. Akhirnya, lama ngobrol-ngobrol terungkaplah setelah belasan tahun ga ketemu, sekalinya ketemu keenam-enamnya semuanya pada jomblo semuuuaaa..! entah miris apa kompak....

(ki-ka)
Heru, Jombang, Gue, Fery, Dio, Sandy

lagi video call dengan temen-temen esde lainnya


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017