Langsung ke konten utama

Negeri Baper

Alkisah ada sebuah negeri yang bernama Negeri Baper. Negeri ini dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raja Baper. Rakyat Baper sangat memuja Raja Baper karena tidak mau sang raja menjadi baper. Raja Baper sangat senang dipuja, dihormati dan disanjung. Ia akan sangat baper jika ada rakyatnya yang tidak menghormati dia dan menganggap remeh dia.

Suatu hari, salah seorang menteri di Negeri Baper lupa memberi hormat kepada Raja Baper ketika sang raja lewat di depannya. Ia pun mengamuk dan memarahi menteri tersebut di depan menteri-menteri yang lainnya.

“Kamu sudah mulai berani melawan saya? Tidak menghargai dan menghormati saya? ,” hardik Raja Baper.

“Am..pu…n Tuan Ra…ja. Ssssaya …tttidak bermaksud bbbbegitu,” ujar Menteri dengan suara yang terbata-bata.

Sebenarnya, menurut pengakuan si menteri ia sudah memberi hormat pada Raja Baper. Tapi Raja Baper tidak melihatnya karena sedang asyik ngobrol dengan tamunya.

“Sssaya sudah memberi hhormatt.. Ttttapi Tuan RRajjaa tidakk mmmelihat..,” ucap si menteri berusaha membela diri.

Tidak terima dengan penjelasan si menteri, Raja Baper menjadi baper sekali. Ia malu di depan tamunya karena ia merasa tidak dihargai. Ia pun memerintahkan pengawalnya untuk menghukum si menteri tersebut.

Si menteri kemudian dibawa ke sebuah aula terbuka yang dipenuhi rakyat Negeri Baper. Tangan dan kaki si menteri diikat di sebuah tiang. Di lehernya digantungkan sebuah tulisan “SAYA BODOH, PEMBANGKANG, TIDAK SOPAN”. Ya, si menteri mendapat hukuman malu. Ia hanya bisa pasrah.


Melihat si menteri dihukum dengan cara dipermalukan, si Raja Baper sangat puas. Ia tidak tahu bahwa rakyat baper berbisik-bisik iba melihat si menteri dihukum dengan cara seperti itu. Tapi mereka tidak punya kekuatan untuk melawan rajanya.

Sang rajapun tertawa jumawa. Ya, begitulah Raja Baper. Hidupnya selalu mengejar kehormatan dari rakyat yang justru membencinya…

sumber : https://cdn.ipetitions.com/user-images/petitions/King-Emoji/coZDK1L7QEyd3XxlwneV_superthumb.jpg

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017