Langsung ke konten utama

Sampahmu, Harga Dirimu

iya, gambarnya emang gak nyambung
pict by: http://hdqwalls.com

Kepintaran ternyata gak melulu berbanding lurus dengan kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya.  

Gak tau kenapa ya, gue selalu ilfil melihat jenis manusia yang suka males atau buang sampah sembarangan. Mau seganteng, sepintar, se-gawl, secantik, dan se-se lainnya, kalo itu orang buang sampah sembarangan, mereka tetep NORAK di mata gue. 

Jadi ceritanya, seperti biasa sore itu penyakit kronis gue (laperan) kambuh lagi. Penyakit cepat lapar yang membuat gue harus turun dari lantai 23 ke lantai dasar, trus nyebrang ke gedung sebelah, terus naik lagi ke lantai 8 buat jajan di minimarket yang berada di dalam gedung tersebut. Beruntung, gue punya salah satu kawan baik yang mau aja membantu gue mengobati penyakit tersebut.  

Sesampai di minimarket, gue langsung mengambil satu cemilan dan satu kotak susu kesukaan gue. Sehabis membayar di kasir, duduklah tuh gue di beberapa kursi yang ada di dalam minimarket. Dan sebuah pemandangan amat tidak mengenakkan mengganggu kenyamanan gue. Kursinya kosong, tapi mejanya penuuuuuuuh dengan sampah yang berserakan. Mulai dari tisu, plastik bekas pembungkus sedotan, popmie, hingga cemilan. 

Gue sama sekali gak bakal menyalahkan petugas minimarket yang lalai membuang sampah tersebut. Gak sama sekali. Gue cuma miris aja sih dengan habit manusianya yang suka nyampah. Itukan sampah elo, belanjaan elo, kenapa sih susah banget buat bertanggungjawab dengan sampah sendiri?

Padahal nih ya, jarak antara tong sampah dan kursi-kursi tersebut hanya 5 langkah saja pemirsa. Ini bukan judul lagu. Ini kenyataan. 

FYI, orang-orang yang bekerja di 'gedung sebelah' ini bukanlah berasal dari orang-orang kelas bawah menurut gue. Mereka rata-rata pekerja yang mengecap pendidikan sarjana yang tentunya disaring dari berbagai universitas baik di dalam dan luar negeri. Mereka yang karyawannya 'katanya' masuk dalam top 50 World Best Employers,. Seharusnya, masalah remeh temeh soal sampah ini gak perlu diajarin dong. Kecuali, mungkin otak mereka pada ketahan di bea cukai.

Suudzonnya gue nih, kaum yang suka males buang sampah ini berpikir "Ya ngapain gue beresin, toh nanti ada petugasnya,". Seandainya benar, gue makin miris sih. Sudahlah jorok, gak menghargai manusia pula. 

Bicara lebih jauh soal sampah, baru-baru ini hati gue dibuat patah oleh berita seekor paus sperma yang mati karena dalam badannya ditemukan 6 kg sampah plastik. Siapa lagi yang tega melakukan ini kalo bukan manusia? šŸ˜¢šŸ˜¢

Padahal, kalau aja kita sadar akan sampah kita sendiri, tentunya kejadian ini gak bakal terjadi. Gue gak kebayang bagaimana kasiannya si ikan paus tersebut menahan sakit di perutnya karena sampah plastik. Bagaimana dia menderita gara-gara kecerobohan kita. Sampai akhirnya dia harus mati terdampar di Wakatobi, Sulawesi.

Terlepas dari itu semua, balik lagi ini emang masalah habit sih. Kalo emang lo nya jorok ya jorok aja. Pinter mah gak ngaruh. Mau siapapun elo, dimanapun elo bekerja, berapa banyak gelar di belakang nama lo, kalo lo nya dablek soal sampah ya dablek aja. EMOSIH NIH GUE!!!

Jadi, butuh berapa puluh tahun lagi Indonesia merdeka supaya masalah kesadaran buang sampah ini bisa selesai? 




*PS: Kenapa gambarnya Venom? Karena gue lagi emosi. Kalo emosi bawannya gue pengen makan otak dan pankreas manusia kayak Venom. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leĆ­peis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017