Langsung ke konten utama

Perempuan-Perempuan Sebelum Saya

Nama saya Safira. Saya suka pakai lipstick warna merah. Saya benci potongan pare di dalam sepiring somay. Itu merusak cita rasa. Usia saya 32 tahun kurang 5 hari. Kata ibu saya, saya orangnya keras kepala dan egois tapi saya setia. Iya, setia. 

12 Agustus 2014, saya berkenalan dengan Aji. Dia senang melihat alis saya. Rapih dan tebal, kata Aji. Saya (mungkin) adalah perempuan terakhir dalam hidup Aji, karena kami berencana akan menikah tahun ini.

Suatu malam, di rooftop sebuah kafe di sudut Jakarta, Aji mengutarakan sebuah pengakuan yang mengejutkan kepada saya. Ia menceritakan daftar perempuan-perempuan yang pernah ia kenal, sampai akhirnya ia memilih berhenti di saya. 

Tiara
Perempuan dengan fashion nyentrik dan mengenakan hijab. Ia bekerja di salah satu salah satu multinasional company di Jakarta. Usianya 28 tahun. Tiara merupakan tipikal perempuan kebanyakan lone ranger di Jakarta. Mandiri, tangguh, realistis, dan salah satu penganut paham hedonisme. Aji mengaku tidak cocok dengan Tiara karena sikapnya yang dianggap "gila".

Merlyn
Dia bekerja sebagai expat di Indonesia. Sebagai produk liberal, tentu pemikirannya juga mengikuti. Dugem, minum-minum,  merokok, dan alkohol itu seperti sudah biasa bagi Merlyn. Kalau yang ini, Aji yang justru di-PHP-in Merlyn. Tidak pernah ada kata setia dalam kamus hidup seorang Merlyn.

Fani
Cewek alim asal sunda. Tajir, kemana-mana turun naik mobil. Tipikal cewek solehah, patuh pada orang tua tapi mandiri. Tapi Aji merasa dirinya terlalu brengsek untuk perempuan 'sepolos' Fani. Akhirnya dia memilih meninggalkannya dengan pura-pura selingkuh dengan perempuan lain.

Saya
Peremuan yang sudah menemani Aji kurang lebih 3 tahun ini. Tapi, mulai malam ini saya memutuskan untuk tidak menikahi Aji. Iya.

http://www.lovethispic.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017