Langsung ke konten utama

Pulang

Seorang kawan bercerita tentang kehidupan dia sehabis menuntaskan gelar masternya di Jerman sana selama kurang lebih 3 tahun. Gue emang baru kenal sih sama dia. Cuma seru aja mendengar kisah hidupnya, keabsurd-annya, pengalamannya, cara dia memandang dunia sampai gimana dia menyikapi sebuah permasalahan dari kacamatanya. Ajaib. 

M: Gue  R: dia
---------------------------------------------------
M: Apa yang paling membahagiakan ketika lo pulang?
R: Gak ada, Meut.
M: Lah,kenapa?
R: Ketika gue baru sampe di Jerman gue berasa kayak alien di sana. Berbulan-bulan gue beradaptasi dengan semua yang ada di sana. Dan ketika kuliah gue kelar dan balik ke Jakarta, gue malah berasa kayak alien juga di sini. Masih banyak hal yang mesti gue lakukan untuk beradaptasi, dan ini sebenarnya titik awal gue untuk memulai hidup baru gue di Jakarta. Gue seperti kehilangan makna "pulang"...
M: Terus pernah kangen balik ke Jerman gak?
R: Tiap hari. hahahha
M: Kenapa? Di sana jokes receh lo lebih dihargai ya? Hahahaha
R: "....."

Begitu kira-kira rangkuman percakapan gue dengan pria absurd ini sekitar 2 minggu lalu. Mungkin, hidup di Jerman udah mengubah makna "pulang" buat dia. Wajar sih kalau kata gue. Mau dipandang dari segi manapun, Jerman emang jauh lebih nyaman ketimbang Jakarta. Transportasinya, tata kotanya, hingg orang-orangnya, di sana jauh lebih tertata. Gak heran kalau dia lebih betah di sana ketimbang di Jakarta. 

Pulang buat gue
Bagi kaum rantau-ers, "pulang" adalah kata paling sakral yang kedua setelah "rindu". Lain si R, lain pula gue. Buat gue pulang adalah wajib hukumnya. Merasakan kehangatan berkumpul dengan orang tua dan keluarga dekat, setelah bertahun-tahun harus struggle sendiri jauh dari rumah. Sesimple mencicipi masakan ibu yang sangat sederhana, walaupun makanan yang dimakan di luar sana jauh lebih mewah. 

Atau nostalgia tidur di kamar yang digunakan ketika melewatkan masa kecil dan masa ketika gue masih ABG. Memandang satu per satu furnitur atau foto masa kecil, yang kadang masih tersimpan rapi di kamar. Menikmati itu semua gue berasa kayak kembali masuk ke masa kecil, ketika permasalahan hidup gue saat itu cuma seputaran rebutan handuk, gayung dan remote tv sama kakak gue. Itu yang membuat gue selalu rindu untuk pulang.

Puji syukur tahun ini gue bisa mendapat kesempatan untuk pulang. Senang? Iyalah. Secara gue udah 2 tahun gak menginjakkan kaki gue di kota kelahiran gue : Padang kota tercinta, kujaga dan kubela. 

Ada banyak wishlist yang udah gue buat ketika gue sampe di sana. Bukan reunian sana sini dengan teman, itu gak jadi prioritas gue. Tapi hal pertama yang gue lakukan ketika pulang adalah berkunjung ke makam Papa. Sudah rindu sekali rasanya tidak 'bertemu' dengan papa. Entah sekedar merapihkan tanaman liar yang tumbuh di nisannya, menyiraminya dengan air mawar atau bercakap-cakap sebentar lewat doa. 

Atau berkumpul bersama dengan mama, adik dan kakak gue di ruang tv. Melihat tawa mama ketika mama bilang "Udah lengkap semua anak mama akhirnya ngumpul," itu rasanya...... gak bisa gue ungkapin dengan kata-kata. Bahagia, sesederhana itu :)

H-3 sebelum pulang, di kantor tercinta. 

foto by : tripadvisor



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017