Langsung ke konten utama

Kereta vs Trans Jakarta, Pilih Mana?

Semenjak dua bulan terakhir ini, gue 'mendadak' pindah haluan dari biker menjadi pengguna setia transportasi umum. Bukan apa-apa, jarak antara kantor dan rumah gue yang nun jauh di sana (Bekasi-Gatot Soebroto) membuat gue sering merasa kecapean kalau mengendarai motor setiap hari. Ditambah hati gue masih rapuh karena belum sembuh benar gara-gara dia-yang-tidak-mau-gue-bahas-lagi-itu. Belom lagi kemacetan selalu datang sepaket dengan debu, pengguna motor lain yang kadang gak punya hati, dan sejumput permasalahan lainnya :'). Itulah yang membuat hati gue mantap untuk pindah haluan. 


Setiap harinya setiap jam stengah 7 pagi gue berangkat kerja dari rumah gue yang berada di timur Jakarta. Dari depan rumah, gue naik angkutan umum nomer 25 menuju Stasiun Cakung. Dari Stasiun Cakung, gue transit di Stasiun Manggarai. Kemudian dari Stasiun Manggarai kemudian gue sambung kereta lagi menuju stasiun cawang. Di Stasiun Cawang, gue berpindah menggunakan transjakarta menuju kantor gue di kawasan Gatot Soebroto dan turun di halte LIPI. Begitulah setiap hari yang gue lakukan dengan senang hati tentunyaaaa :D


Saking seringnya gue naik kedua moda transportasi ini, diam-diam gue pun memperhatikan kalo kedua transportasi yang katanya 'menjadi solusi kemacetan Ibu kota' ini punya kelebihan dan kekurangan. Apa saja? Saksikan selengkapnyaa....


Kelebihan kereta api commuterline
Pertama, ongkosnya yang mure alias murah. Bayangkan, ongkos kereta api commuterline per 25 KMnya hanya Rp2 rebu perak. Zaman sekarang, uang segitu biasanya hanya cukup untuk membayar abang-abang parkir minimarket yang kadang suka malak :(. Kedua, dilengkapi AC. Gerahnya udara Jakarta kadang emang suka bikin emosi. Untungnya, semua commuterline dilengkapi dengan Air Conditioner alias AC alias pendingin udara. Ga cukup AC, kadang ada juga yang ditambahkan dengan kipas angin. Kalo udara lagi panas sih ngga apa-apa, tapi kadang kalo lagi ujan deres dan kalian ujan-ujanan masuk kereta, kebayang dong dinginnya gimana????? Apalagi kalo kalian sendiri dan ngga ada yang menghangatkan....(itu derita lo). 


Kelebihan yang ketiga adalah waktu tempuhnya yang jauh lebih cepat. Naik commuterline itu bebas macet karena kereta kan jalannya di rel, bukan di jalanan raya. Keempat, ada bagasinya. Terkadang, kalo elo elo elo lagi bawa ransel yang sangat gede, keberadaan si bagasi ini sangat membantu. Tapi, jangan lupa diawasi ya. Karena, bisa aja tas lo dicuri orang ketika lagi lengah. Kelima, bebas pengamen dan pedagang asongan. Jangankan di dalam kereta, di area tunggu stasiun pun pedagang asongan sekarang tidak boleh masuk. Terakhir, ini sih sebenarnya ngga penting. Tapi buat para instagramers kaya gue, ada beberapa stasiun kereta yang desainnya instagram-able banget. Kaya yang di stasiun kota. Desainnya sangat klasik. Jadi lumayanlah, untuk mengisi waktu menunggu kereta, gue bisa jeprat sana jeprat sini untuk memperkaya koleksi foto absurd di instagram gue. 


Kekurangan kereta api commuterline
Layaknya manusia, kereta pun ngga sempurna. Ada beberapa kekurangan dari commuterline yang kadang masih ngga bisa gue maafkan. Pertama, kalian semua pasti tahu di jam-jam sibuk para pengguna commuterline mendadak tidak manusiawi. Beringasss. Kenapa gue katakan beringass? Karena gue pernah menjadi salah satu korbannya. Sudahlah ya, ngga perlu diungkit lagi. Sakittt :"""")
Di jam-jam berangkat dan pulang kantor, semua orangpasti cepat sampai ditujuan. Akibatnya, semua orang memaksa masuk kereta dan jadilah gue yang kecil dan imut-imut ini pepes di sana terombang-ambing di lautan manusia.

Kedua, jadwal kereta yang seenak udelnya berubah. Tanpa ada alasan yang jelas, jadwal kedatangan kereta yang telah lama kita tunggu kadang suka berubah sendiri ngga jelas. Bikin bete kan? Terakhir, ini sih dari segi penumpangnya. Gue sih ngga mempermasalahkan emansipasi wanita atau kesetaraan gender. Toh gue masih muda, dan insyaallah masih kuat berdiri jika ngga dapet tempat duduk. Tapi, kadang, masih ada aja orang yang tega pura-pura tidur kalo ada orang tua yang naik kereta. KZL!


Kelebihan transjakarta atau busway
Secara garis besar, kelebihan busway ngga beda jauh dengan kereta api alias commuterline. Namun, dari segi ongkos, transjakarta sedikit lebih mahal ketimbang kereta api yakni Rp3.500. Busway juga dilengkapi dengan AC yang bikin adem, serta kursi yang lumayan nyaman. Busway juga agak sedikit bebas macet, terutama di jalur-jalur utama di Jakarta. Petugas busway lumayan ketat untuk ini. I'm appreciate.Tapi, sayangnya masih ada aja pengendara mobil dan motor yang ngga sayang sama nyawanya yang masih aja berani nerobos jalur busway..


Kekurangan transjakarta atau busway
Ini nih, gue kadang suka miris ngedenger berita busway nabrak ini hingga tewas. Busway nyerempet ini, itu. Ntah siapa yang salah. Pengemudi busway, atau pengendara motor/mobil? Kedua, menunggu kedatangan busway juga sangat lama, terutama di jam-jam sibuk. Harusnya pemerintah memperbanyak armada busway biar kami kaum pekerja ini ngga lelah mengantre tanpa kepastian.. #curhat. 


Sekian penjelasan absurd gue soal kelebihan dan kekurangan busway. Bukan bermaksud menggurui, tapi ini dari segi kacamata gue aja sih. Semuanya gue kembalikan kepada kalian mau milih yang mana. Selamat malammmmmmmm~~~~


Btw gambarnya ngga ada hubungannya sih. Matahari sore Ibukota lagi cantiks banget hari ini dijepret dari lantai 23 kantor, dan tentunya dengan lenovo kesayangan gue :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan be

Mou leípeis

..... Matamu apa kabar?  Masih teduh?  Sejujurnya aku rindu tatapan itu.  Tenang, dan dalam. Seperempat abad usiaku, belum pernah aku melihat mata setenang itu.  Punggungmu bagaimana? Masih sehangat dulu?  Aku pernah terlelap di sana.  Nyaman. Jakarta, 20 April 2017