Mengunjungi candi-candi yang ada di Jogja membuat gue berasa ditarik ke masa lalu. Masa dimana Jawa masih dipimpin oleh para raja-raja. Ada putri raja, ada permaisuri, prajurit dengan kuda dimana-mana. Dalam bayangan gue nih, mereka berseliweran di sekeliling candi, dan setiap sore sang putri duduk-duduk di sekitar candi sambil memandangi cantiknya matahari sore di Tanah Jawa.
Hari ketiga di Jogja, gue masih merasa diistemewakan selama di sini. Kali ini, beberapa situs candi menjadi tujuan gue. Gue menggunakan transportasi Transjogja., pengen tau aja sih rasanya gimana keliling Jogja naik bis yang satu ini.
Sampai di terminal (gue lupa nanyanya), barulah gue memesan ojek untuk membawa gue ke beberapa candi di sekitar Prambanan. Kalo gak salah waktu itu si bapak ojeknya gue bayar Rp60 ribu, dia mengantarkan gue ke beberapa tempat. Mulai dari Tebing Breksi, Candi Plaosan, Candi Ijo, dan terakhir Candi Prambanan.
Jogja itu ya, gak ngerti lagi. Udah pemandangannya bagus, apa-apa serba murah, tiket masuk ke tempat wisatanya juga murah-murah banget. Rata-rata candi yang gue kunjungi tiket masuknya gak lebih dari Rp4 ribu. Gue udah disuguhi dengan cantiknya candi-candi yang usianya sudah ratusan tahun, tapi masih berdiri kokoh.
Yang paling membuat gue ternganga adalah Candi Prambanan. Ini kali pertama gue menginjakkan kaki candi Hindu yang termegah di Asia ini. Tiket masuknya emang agak sedikit lebih mahal yakni Rp40 ribu, tapi itu gak ada apa-apanya ketika kita udah berada di dalam kompleks candi ini.
Baru masuk aja, kita udah disuguhi alunan musik gamelan khas Jawa. Alunan musik itu mengantar gue ke pintu masuk Prambanan ditemani rumputan hijau yang luas dan pepohonan yang sejuk. Saking sejuknya, rasanya gue pengen guling-guling tuh di rumput!!
Gue nyampe di Prambanan pas banget udah sore. Matahari udah gak begitu terik, tapi masih bersinar di balik candi. Angin yang berhembus juga menambah kesjeukan sore itu. Alahhhh... Aduh pokoknya, gue susah deh mendeskripsikannya saking cantiknya Prambanan sore itu. Gue bener-bener berasa bukan lagi di tahun 2017 ketika di sana.
karena di balik foto yang paripurna, ada sahabat yang sengsara |
Akhirnya setelah puas lalala yeyeye disekitaran Prambanan, waktu jualan yang memisahkan gue. Magrib menjelang, gue pun harus kembali ke hotel.
++++++++++++++++++++++++++++
Jauh-jauh hari sebelum ke Jogja, gue udah mewanti-wanti Mbak kiki sahabat seperngebolangan gue kalo gue pengen solat di masjid UGM. Dan alhamdulillah, keinginan gue untuk menjatuhkan sujud gue di kampus biru ini terwujud berkat sepupu gue yang kuliah di sana.
Masjidnya? Gedeeeeeee banget. Di dalamnya juga sejuk, toiletnya bersih, dan yang paling penting adalah mukenahnya wangi-wangi banget. Gue solat Ashar di sana.
Setelah dari masjid UGM, gue dan adik gue keliling buat nyari oleh-oleh karena besokannya udah harus balik ke Jakarta. Dan tempat tujuan kita tidak lain dan tidak bukan adalah Malioboro dan Pasar Beringharjo.
Sebenarnya, gue bukan tipikal orang yang suka diribetin untuk dititipin oleh-oleh saat liburan. Gue cuma bakal membelikan oleh-oleh untuk orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup gue dalam artian ini adalah mama. Sisanya gue beli makanan aja buat orang-orang kantor.
Malioboro malam itu rame banget. Entah bener apa enggak menurut sepengamatan gue, pengamen disabilitas menghiasi setiap sudut jalanan Malioboro. Suara mereka berpacu dengan riuhnya lalu lintas.
Setelah puas mengitari Malioboro, gue memutuskan untuk kembali ke hotel. Kereta akan membawa gue ke Jakarat pukul 8 pagi. Terima kasih Jogja, telah menjadi tempat liburan sekaligus pelarian yang menyenangkan. Terima kasih, Jogja. Terima kasih karena sudah mengistimewakan saya selama di sini. Sampai jumpa lagi :)
Eh sebelum balik ke hotel, gue menyempatkan diri untuk nyobain es grim gelato yang hits itu yaitu Il Tempo Del Gelato. Dibanding dengan Jakarta, Gelato di sini itu lebih murah dan lebih banyak porsinya (ya iyalah). Dua scoop gede gelato + cone super gede di sini itu cuma Rp25 rebu aja. Di Jakarta, gue pernah makan es grim gelato di daerah Kemang, itu Rp25 rebu scoopnya kecil banget jadi gak puas :(
++++++++++++++++++++++++++++
Jauh-jauh hari sebelum ke Jogja, gue udah mewanti-wanti Mbak kiki sahabat seperngebolangan gue kalo gue pengen solat di masjid UGM. Dan alhamdulillah, keinginan gue untuk menjatuhkan sujud gue di kampus biru ini terwujud berkat sepupu gue yang kuliah di sana.
Masjidnya? Gedeeeeeee banget. Di dalamnya juga sejuk, toiletnya bersih, dan yang paling penting adalah mukenahnya wangi-wangi banget. Gue solat Ashar di sana.
Setelah dari masjid UGM, gue dan adik gue keliling buat nyari oleh-oleh karena besokannya udah harus balik ke Jakarta. Dan tempat tujuan kita tidak lain dan tidak bukan adalah Malioboro dan Pasar Beringharjo.
Sebenarnya, gue bukan tipikal orang yang suka diribetin untuk dititipin oleh-oleh saat liburan. Gue cuma bakal membelikan oleh-oleh untuk orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup gue dalam artian ini adalah mama. Sisanya gue beli makanan aja buat orang-orang kantor.
Malioboro malam itu rame banget. Entah bener apa enggak menurut sepengamatan gue, pengamen disabilitas menghiasi setiap sudut jalanan Malioboro. Suara mereka berpacu dengan riuhnya lalu lintas.
Setelah puas mengitari Malioboro, gue memutuskan untuk kembali ke hotel. Kereta akan membawa gue ke Jakarat pukul 8 pagi. Terima kasih Jogja, telah menjadi tempat liburan sekaligus pelarian yang menyenangkan. Terima kasih, Jogja. Terima kasih karena sudah mengistimewakan saya selama di sini. Sampai jumpa lagi :)
Komentar
Posting Komentar