Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Itu yang gue rasakan ketika gue lari pagi sendirian di komplek alun-alun keraton Jogja di hari kedua gue di sana. Sengaja, dari Jakarta gue bela-belain bawa sepatu untuk lari selama di sana. Gue pengen ngerasain aja gimana lari ditemani udara pagi Jogja yang masih sejuk.
Pukul 6 pagi gue bangun. Udah agak terang memang, cuma jalanan masih lumayan sepi. Toko-toko yang gue susuri sepanjang jalan masih pada tutup. Yang buka cuma yang jualan sarapan pagi.
Sampe di alun-alun, ternyata gak cuma gue yang lari di Jumat itu. Banyak masyarakat Jogja yang juga lari mengitari alun-alun. Anak-anak sampe orang tua ada di sana. Setelah capek lari dua putaran, gue pun duduk istirahat di bawah pohon. Gue melihat disekitaran gue, banyak orang yang juga sedang lari. Gak ada satupun yang gue kenal.
Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Mereka semua gak ada yang tau jeleknya sifat gue, gak ada yang ngomongin gue, gak ada yang suka nyinyirin gue, gak ada yang kenal gue di sini.
Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Mereka semua gak ada yang tau jeleknya sifat gue, gak ada yang ngomongin gue, gak ada yang suka nyinyirin gue, gak ada yang kenal gue di sini.
Hari kedua liburan gue isi dengan basah-basahan di beberapa pantai yang ada di Jogja. Kali ini gue dan temen-temen gue gak jalan kaki melainkan nyewa mobil karena pantai yang gue tuju jaraknya lumayan jauh, yaitu di daerah Gunung Kidul.
Pantai pertama yang gue tuju adalah Pantai Nglambor. Karena jaraknya yang lumayan jauh dari pusat kota, ditambah kita berangkat dari hotelnya juga udah siang, alhasil nyampe sananya juga udah siang. Kurang lebih 1,5 jam dibutuhkan waktu untuk menempuh dari Jogja-Pantai Nglambor dengan menggunakan mobil. Tapi, begitu sampai di pintu masuk, kita masih harus naik motor menuju pantainya karena jalurnya gak bisa dilewati mobil. Jalannya juga lumayan serem, berasa naik roller coaster. Tapi untung si mas-masnya udah pada jago.
Sampe di pintu masuk Pantai Nglambor jam setengah 12 coy. Mau ngapain gue disana? Snorkling dooongg! Tapi sepanas-panasnya matahari Jogja ya gak bakal kayak Jakarta. Setelah ganti baju dan mengenakan peralatan snorkling, gue pun langsung nyebur ke pantai buat mendinginkan diri.
Tarif snorkling di Pantai Nglambor ini juga tergolong murah menurut gue. Dengan Rp40 ribuan, kita udah di kasi jaket pelambung, kacamata snorkling, sama sepatu karet biar gak sakit saat berjalan di dalam air. Terus kita juga bisa difotoin pake Gopro si pengelola ditemani ikan-ikan cimit yang berseliweran di dalam air. Semua fotonya bisa kita copy sepuasnya dari laptop si petugasnya.
Matahari sedang tinggi-tingginya siang itu. Tapi air laut di Nglambor sungguh menyegarkan. Gue jadi betah berlama-lama di dalam air. Belum lagi ikan-ikannya yang ada di dalam. Semuanya lucu-lucu dan mengggemaskan. Ukurannya juga beragam. Dari yang cimit kayak ikan nemo sampe yang segede telapak kaki anak esde kayaknya ada deh.
Capek berenang sama ikan-ikan yang lucu, gue, mbaiki dan geri memutuskan untuk rehat sebentar dengan duduk-duduk di pinggir pantai. Di sana udah menunggu mbak ade yg sedang berjemur karena dia gak mau ikutan snorkling. Di samping tempat kita gelar karpet kebetulan ada ibu-ibu yang jualan berbagai cemilan mulai dari pecel, gorengan, hingga popmie. Emang ya, Jogja itu apa-apa serba murah. Entah kalap apa lapar, 17 gorengan, 3 pecel dan 3 botol air mineral berhasil masuk ke perut kami semua, pemirsaaa!!
Setelah snorkling di Nglambor, tujuan gue selanjutnya adalah Pantai Drini. Di pantai ini gue gak berenang, melainkan foto-foto lucu aja. Sama seperti Pantai Nglambor, Drini adalah pantai yang memilliki ciri khas banyak batu karang.
Pasir pantainya hangat, matahari juga udah gak terik waktu itu. Puaslah untuk sekedar duduk-duduk dan foto-foto lucu. Oia, waktu gue sedang asik foto-foto, ada mas-mas yang nawarin untuk foto pakai kamera DSLRnya. Empat foto dihargain 10rb kalo gak salah. Hasil fotonya nanti di transfer dari kamera si masnya langsung ke hp kita. Hasilnya juga lumayan kok. Si masnya jago motonnya (yaiyalah namanya juga fotografer). Kebanyakan candid, dan hasilnya jauh lebih natural.
Balik dari Drini, hari udah beranjak magrib. Kita memutuskan untuk kembali ke homestay. Sebelum balik ke homestay, gue menyempatkan untuk mencicipi Sate Klatak Pak Pong yang katanya hits itu berlokasi di Imogiri Km 10. Sate klatak adalah sate kambing yang diolah dengan bumbu yang katanya beda. Tapi emang dasar gue bukan pecinta olahan kambing selain gulai kambing yang gue makan di Padang, selebihnya gue biasa aja dengan menu olahan kambing. Kata orang-orang sih enak. Cuma 1 sih yang agak kurang buat gue. Mungkin karena rame kali ya, pesanan kami datangnya lamaaa banget. Mau nambah minum aja harus ngomong berkali-kali, tapi tetep gak dianterin. Yaudahlah ya.
Sampe homestay kita semua pada tepar. Dan buru-buru istirahat karena udah gak sabar untuk kembali bangun diesok harinya melanjutkan liburan selanjutnyaaa!.
Komentar
Posting Komentar