Langsung ke konten utama

Diistemewakan Oleh Yogyakarta (II)

Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Itu yang gue rasakan ketika gue lari pagi sendirian di komplek alun-alun keraton Jogja di hari kedua gue di sana. Sengaja, dari Jakarta gue bela-belain bawa sepatu untuk lari selama di sana. Gue pengen ngerasain aja gimana lari ditemani udara pagi Jogja yang masih sejuk.

Pukul 6 pagi gue bangun. Udah agak terang memang, cuma jalanan masih lumayan sepi. Toko-toko yang gue susuri sepanjang jalan masih pada tutup. Yang buka cuma yang jualan sarapan pagi. 

Sampe di alun-alun, ternyata gak cuma gue yang lari di Jumat itu. Banyak masyarakat Jogja yang juga lari mengitari alun-alun. Anak-anak sampe orang tua ada di sana. Setelah capek lari dua putaran, gue pun duduk istirahat di bawah pohon. Gue melihat disekitaran gue, banyak orang yang juga sedang lari. Gak ada satupun yang gue kenal.

Menjadi asing itu terkadang menyenangkan. Mereka semua gak ada yang tau jeleknya sifat gue, gak ada yang ngomongin gue, gak ada yang suka nyinyirin gue, gak ada yang kenal gue di sini.


Hari kedua liburan gue isi dengan basah-basahan di beberapa pantai yang ada di Jogja. Kali ini gue dan temen-temen gue gak jalan kaki melainkan nyewa mobil karena pantai yang gue tuju jaraknya lumayan jauh, yaitu di daerah Gunung Kidul.  

Pantai pertama yang gue tuju adalah Pantai Nglambor. Karena jaraknya yang lumayan jauh dari pusat kota, ditambah kita berangkat dari hotelnya juga udah siang, alhasil nyampe sananya juga udah siang. Kurang lebih 1,5 jam dibutuhkan waktu untuk menempuh dari Jogja-Pantai Nglambor dengan menggunakan mobil. Tapi, begitu sampai di pintu masuk, kita masih harus naik motor menuju pantainya karena jalurnya gak bisa dilewati mobil. Jalannya juga lumayan serem, berasa naik roller coaster. Tapi untung si mas-masnya udah pada jago. 

Sampe di pintu masuk Pantai Nglambor jam setengah 12 coy. Mau ngapain gue disana? Snorkling dooongg! Tapi sepanas-panasnya matahari Jogja ya gak bakal kayak Jakarta. Setelah ganti baju dan mengenakan peralatan snorkling, gue pun langsung nyebur ke pantai buat mendinginkan diri.



Tarif snorkling di Pantai Nglambor ini juga tergolong murah menurut gue. Dengan Rp40 ribuan, kita udah di kasi jaket pelambung, kacamata snorkling, sama sepatu karet biar gak sakit saat berjalan di dalam air. Terus kita juga bisa difotoin pake Gopro si pengelola ditemani ikan-ikan cimit yang berseliweran di dalam air. Semua fotonya bisa kita copy sepuasnya dari laptop si petugasnya. 

Matahari sedang tinggi-tingginya siang itu. Tapi air laut di Nglambor sungguh menyegarkan. Gue jadi betah berlama-lama di dalam air. Belum lagi ikan-ikannya yang ada di dalam. Semuanya lucu-lucu dan mengggemaskan. Ukurannya juga beragam. Dari yang cimit kayak ikan nemo sampe yang segede telapak kaki anak esde kayaknya ada deh. 

Capek berenang sama ikan-ikan yang lucu, gue, mbaiki dan geri memutuskan untuk rehat sebentar dengan duduk-duduk di pinggir pantai. Di sana udah menunggu mbak ade yg sedang berjemur karena dia gak mau ikutan snorkling. Di samping tempat kita gelar karpet kebetulan ada ibu-ibu yang jualan berbagai cemilan mulai dari pecel, gorengan, hingga popmie. Emang ya, Jogja itu apa-apa serba murah. Entah kalap apa lapar, 17 gorengan, 3 pecel dan 3 botol air mineral berhasil masuk ke perut kami semua, pemirsaaa!!



Setelah snorkling di Nglambor, tujuan gue selanjutnya adalah Pantai Drini. Di pantai ini gue gak berenang, melainkan foto-foto lucu aja. Sama seperti Pantai Nglambor, Drini adalah pantai yang memilliki ciri khas banyak batu karang. 

Pasir pantainya hangat, matahari juga udah gak terik waktu itu. Puaslah untuk sekedar duduk-duduk dan foto-foto lucu. Oia, waktu gue sedang asik foto-foto, ada mas-mas yang nawarin untuk foto pakai kamera DSLRnya. Empat foto dihargain 10rb kalo gak salah. Hasil fotonya nanti di transfer dari kamera si masnya langsung ke hp kita. Hasilnya juga lumayan kok. Si masnya jago motonnya (yaiyalah namanya juga fotografer). Kebanyakan candid, dan hasilnya jauh lebih natural.




Balik dari Drini, hari udah beranjak magrib. Kita memutuskan untuk kembali ke homestay. Sebelum balik ke homestay, gue menyempatkan untuk mencicipi Sate Klatak Pak Pong yang katanya hits itu berlokasi di Imogiri Km 10. Sate klatak adalah sate kambing yang diolah dengan bumbu yang katanya beda. Tapi emang dasar gue bukan pecinta olahan kambing selain gulai kambing yang gue makan di Padang, selebihnya gue biasa aja dengan menu olahan kambing. Kata orang-orang sih enak. Cuma 1 sih yang agak kurang buat gue. Mungkin karena rame kali ya, pesanan kami datangnya lamaaa banget. Mau nambah minum aja harus ngomong berkali-kali, tapi tetep gak dianterin. Yaudahlah ya. 

Sampe homestay kita semua pada tepar. Dan buru-buru istirahat karena udah gak sabar untuk kembali bangun diesok harinya melanjutkan liburan selanjutnyaaa!.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa Cewek Suka Lama Kalo Dandan?

Kaum pria di luar sana sudah semestinya paham mengapa setiap mau pergi entah itu pacaran atau hang out, wanita suka lama kalo dandan. Ada sekelumit 'ritual' yang harus dilalui oleh kaum wanita demi mendapatkan penampilan yang epik di mata dunia (kamu). Dan percayalah, itu gak mudah :') Kecuali kamu perempuan tomboy yang gak pernah berurusan dengan lipen, baju, gaya hijab, hingga alis, mungkin gak bakal mengalami hal-hal di bawah ini. Spesifically , gue yang wanita yang sangat menjunjung tinggi 5K (Kebersihan, Kerapian, Keindahan, Ketertiban dan Keamanan (?) , gue butuh waktu dua kali lebih lama untuk berdandan dibanding wanita normal pada umumnya. Kenapa? Mari gue jabarkan satu persatu ya saudara-saudara. Mandi Ritual umum yang dilakukan pertama kali adalah mandi seperti biasa. Mong omong, mandi versi gue itu terdiri atas 2 bagian : keramas dan gak. Kalo gue mau ketemuan sama gebetan biasanya gue keramas dulu lengkap dengan kondisyenernya biar ala-ala. Tapi kalo ...

A new chapter

Hai!  Gue baru beres-beres blog gue yang sudah lama tidak terurus ini. Ganti layout, ganti tema, download sana download sini, sambil sesekali ngerecokin Mas Asep yang duduk sebelah gue lagi sibuk naikin berita. Maklum, gue sangat awam dengan dunia per-blog-an. Jadinya gue bawel nanya muluk. Hari ini gue lagi gabut banget karena deadline majalah udah kelar dan gak tau mau ngapain lagi. Daripada gue yutuban ga jelas, mending gue melakukan sesuatu yang bermanfaat mumpung lagi puasa juga (ga ada hubungannya juga sih..) New chapter, new beginning. Judul ini memiliki makna yang dalem (sumur keleus) dalem buat gue. Terlebih dua bulan terakhir ini hati gue diombang-abing dan dibolak-balik oleh Sang Maha Kuasa, karena DIA masih sayang sama gue. Meski kadang gue masih suka abai dengan perintah-NYA :"). Dua bulan terakhir ini gue berusaha keras menata kehidupan gue yang almost destroyed ini. #lebay Pertama, gue pindah rumah sekarang. Eh maksudnya, gue pindah numpang hidup s...

Hal-Hal yang (Mungkin) Cuma Dialami Oleh Cewek Berwajah Jutek

Dianggap galak, judes, sombong, bahkan bengis... #wesbiyasa Punya muka berparas jutek dari lahir memang serba gak enak. Dibilang sombong, gak ramah, bahkan bengis. Gak jarang, muka yang jutek atau galak juga sering dijadikan sumber permasalahan mengapa gue masih menjomblo sampai sekarang. Padahal mah gak ada hubungannya juga dan emang belom ada aja yang pas di hati gue. Gak nyari juga sih, karena bukan itu prioritas hidup gue saat ini. *Apa salah Hayatiiii... Sempat terbersit pengen nyalahin bokap nyokap gue kenapa 'menciptakan' gue cetakannya begini. Tapi urung gue lakukan takut di cap anak durhaka :|. Mending kalo dikutuk jadi Chelsea Islan atau jadian sama Chris Martin gitu. Tapi kalo dikutuk jadi batu kaya Malin Kundang gimana? Kalau udah begini yaudah la ya, disyukuri saja setiap inchi apa yang sudah diberikan oleh Gusti Allah. Gitu aja kok repot, kata alm Gus Dur.  Selain dianggap galak, bengis dan sombong, berikut hal-hal apalagi yang sering dialami oleh perempuan b...