Saya ini jurnalis murtad. Tidak suka menonton televisi, tidak percaya dengan hampir semua program televisi. Padahal hubungan televisi dan jurnalis itu ibarat aku ke kamu, gak bisa dipisahkan dan saling membutuhkan #eea. Jurnalis macam apa yang kayak begini?
komik Benny & Mice |
Rasanya tidak berlebihan jika saya tidak suka menonton televisi, terutama acara televisi Indonesia. Kenapa? Sudah bukan rahasia lagi program televisi di Indonesia itu bisa dibilang.. ya you know lah ya.
Mau tau kenyataan gimana kualitas program televisi di Indonesia? Monggo sekali-sekali kalian mampir ke situs www.kpi.go.id. Di sana kalian bisa melihat banyaknya program televisi di Indonesia yang ditegur hingga harus diberhentikan sementara oleh KPI. Makanya jangan heran kalau masih banyak program televisi kita yang masih di bawah standar KPI. Ntah itu berita, infotainment, sinetron apalagi.
Sedikit mengutip dari situs www.kpi.go.id, KPI mengadakan survei tentang Indeks Kualitas Program Acara Televisi Secara Umum periode awal tahun Maret-April 2016.
Adapun populasi dari penelitian ini adalah semua program siaran yang ditayangkan di 15
stasiun televisi nasional pada rentang waktu pukul 05.00 – 24.00. Masing-masing stasiun televisi, rata-rata menayangkan 20-an program siaran setiap
harinya. Jika ditotal untuk semua stasiun televisi nasional, total ada sekitar 9000-an program
siaran tiap bulan. Ke-9000 program siaran ini akan menjadi populasi penelitian. Dan hasilnya... jengjengjengg..
www.kpi.go.id |
Kamu bisa lihat sendirikan? Program televisi Indonesia masih jauh di bawah standar. Untuk program sinetron, hasilnya indeksnya hanya 2,94, sementara standar KPI adalah 4,00. Menurut KPI, sinetron di Indonesia masih harus memperhatikan bagaimana membentuk watak, identitas dan jatidiri bangsa dan ‘relevansi
cerita’ sinetron. Terutama sinetron cinta-cintaan ala anak SMA yang gak jelas itu. Masih kecil aja udah kalah romantis dari pasangan suami istri. Duh dek, andai kelian tau kenyataan hidup itu PAIT DEK, PAIT!!
Untuk program infotainment lebih parah lagi. Indeks kualitasnya cuma 2,52 dan juga jauh di bawah standar kualitas dari KPI. Menurut KPI, program infotainment di Indonesia itu masih mengumbar kehidupan pribadi dan tidak menjunjung norma kesopanan.
Kadang gue suka kasian aja dengan berita perceraian si artis A dan B jadi konsumsi publik. Itukan masalah pribadi ya, tapi mereka saling serang bikin konfrensi pers dibumbui dengan adegan yang berurai air mata. Buat apa? Supaya rakyat se-Indonesia Raya tau kalo dia paling menderita? Tapi sejujurnya kami sebagai penonton juga gak peduli.
Yang agak sedikit mending adalah program berita, indeks kualitasnya sudah mencapai 3,45 dari standar KPI 4,00. Itu baru 3 jenis program lho, belum program lainnya seperti reality show, tayangan anak, program religi dan lain-lain, wah bisa ndak kelar tulisan ini kayak sinetron Cinta Fitri. Jika program di bawah standar kayak gitu masih mewarnai layar kaca kita, gimana nasib generasi muda Indonesia nantinya? #lebayy...
Kembali ke persoalan tidak menonton televisi, kurang lebih sudah sekitar 1,5 tahun saya "puasa" menonton televisi. Puasa di sini bukan berarti saya gak pernah nonton televisi sama sekali selama 1,5 tahun, kadang saya suka menyetel DVD lewat televisi. Apakah saya ketinggalan informasi? Enggak dong. Masih banyak sumber informasi lain selain televisi. Hidup saya tetap berjalan baik-baik saja tanpa televisi.
Terlepas dari itu semua, saya berharap ke depan kualitas tayangan program di televisi Indonesia bisa meningkat. Dulu, waktu saya diinterview seorang HRD televisi swasta saya pernah ditanya begini " Kenapa kamu tertarik bekerja di televisi?". Terus saya jawab " Saya prihatin melihat kualitas program televisi Indonesia yang isinya sama sekali tidak edukatif. Padahal televisi merupakan media yang paling banyak digunakan penduduk Indonesia dalam mencari sumber informasi," . Klise? Memang. Tapi itu kenyataan. Mungkin karena si stasiun televisi tempat saya diinterview itu programnya juga receh kayak begitu, akhirnya saya gak lolos interview. Hhahahahah...
Sekian tulisan sok seriusnya. Sebenarnya saya lagi ada deadline tulisan yang harus dikumpulkan besok, tapi belum tau mau nulis apa. Sekali-sekali mau gunain jurus "The Power of Kepepet" gak apa-apa kan ya? :D
Komentar
Posting Komentar