foto : mbak nia |
Kita
semua butuh mimpi agar bisa tetap hidup, karena lewat hidup itulah mimpi bisa
diwujudkan.
Salah satu mimpi terbesar gue adalah nonton konser band
kesayangan kita semua tidak lain dan tidak bukan : Coldplay. Sama seperti yang
lainnya, perjuangan gue berawal dari ribetnya nyari tiket konser hingga akhirnya
berhasil menyaksikan kerennya aksi Chris Martin dkk di National Stadium,
Singapura. Dan ini juga pengalaman pertama buat gue jalan-jalan keluar negeri.
(Kalau cerita tentang ini mending dipisah aja yaa nanti di blog selanjutnya).
Jadi, cerita bermula ketika gue mencoba peruntungan dengan
membeli tiketnya secara online di website Live Nation, Singapura. Tapi sama
seperti yang lain, karena saking banyaknya yang beli, server web ini pun down.
Hopeless? Sedikit. Tapi emang dasarnya Tuhan itu Maha Asyik dan Maha Baik, Live
Nation yang merupakan ‘Tuan Rumah’ dari konser Coldplay di Singapura mengumumkan
kalau konser ini bakal digelar dua hari, yaitu 31 Maret dan 1 April 2017. Dan
itu artinya gue masih punya peluang untuk mendapatkan tiket konser.
Awalnya, gue gak tau bakal kesana dengan siapa. “Yang
penting dapet dulu tiketnya, urusan kesana sama siapa bisa belakangan,” begitu
dalam pikiran gue. Toh gue juga punya temen di sana, minimal dia mau menemani
gue sebelum konser, itupun dengan catatan dia gak sibuk. Ataupun kalo gue emang
harus benar-benar sendiri, ya udahlah ya. Toh masih di Singapura ini. Tapi
ternyata lagi-lagi semesta berbaik hati dengan gue dan memuluskan niat gue ini.
Salah seorang kawan gue, Mbak nia, ternyata dia juga mau nonton konser
Coldplay. Tapi masalahnya waktu itu dia belom dapat tiket dan masih nyari.
Akhirnya setelah dia melanglang buana sana sini, dia pun
ngabarin gue kalau tiket konsernya dia udah di tangan. Jadi kita tinggal
mikirin tiket pesawat PP dan penginapannya aja. Mbak Nia gak sendiri. Dia juga
ngajak temennya Mbak Gita, Kiki, sama Novi adiknya Mbaknia.
Tiket udah OK, restu cuti juga sudah didapat dari bos
yang baik hati, teman nonton juga udah ada. Jadilah hari itu hari Jumat malam,
bertempat di McD Sarinah, gue , mbaknia dan mbak gita pun mendiskusikan soal
tiket dan penginapan kami selama di SG nanti.
Awalnya gue pengen pulang lewat Batam
buat menghemat budget. Karena, setelah gue browsing tiket balik SIN-CGK tanggal
1 dan 2 itu masih dikisaran 2juta :””””). Gimana ndak menangis dompet Hayati
melihatnya.
Kalau pulang lewat Batam, tiket pesawat BTH-CGK itu masih dikisaran
Rp800 ribu, plus Rp350ribuan untuk nyebrang dari SG ke Batamnya. Tapi, iman gue diuji di sini. Mbaknia pun menggoda gue
untuk balik ke Jakarta via Malaysia aja. Karena setelah kami browsing, tiket
KLIA-CGK tanggal 2 April itu cuma Rp500 ribuan sahaja. “Kapan lagi Mut lo bisa
liburan di 2 negara sekaligus. Lagipula di Batam itu pasti nanti imigrasinya
lama banget karena banyak yang pulang lewat sana. Ribet pasti,” ujar Mbaknia
meyakinkan gue macam sales MLM (haha kalo dia baca eug bisa diselepet).
Akhirnya, runtuh jualah tembok keangkuhan hati ini. Atau
emang anaknya gampangan dirayu? wkwkwkwk… Gue pun akhirnya meng-iyakan ajakan
Mbaknia untuk balik lewat KLIA. Ini kesempatan juga buat gue keluar negeri 2
negara sekaligus. Toh kalau dihitung-hitung gak beda jauh sih sebenarnya, jadi
mending gue pulang lewat negara yang menjadi rumahnya Upin Ipin ini.
Jadilah malam itu kami berselancar di dunia maya mencari
tiket hotel, pesawat dan bis untuk menuju KL dari Singapura. Berhubung mbaknia udah pernah ke SG dan KL,
jadi kami gak terlalu bingung banget mesennya.
Ya namanya backpackeran, hotel yang kami pilihpun ya
biasa aja sih. Yang penting AC dan ada WIFI. Emang ya, kebutuhan fundamental
manusia saat ini adalah sandang, pangan, papan dan WIFI-an.. Dan yang penting,
hotel ini deket banget dari National Stadium, tempat Chris Martin bakal
manggung. Kalau bahasa jadulnya “cuma selemparan batu”.
Gue, Mbaknia, dll nginep di kawasan Kallang. Pas
deket-deket mau berangkat ke SG gue pun baru tau dari kawan gue yang di sana kalau
kawasan Kallang dan Geylang itu merupakan restricted area gitu di SG. Tau kan?
Kalo di Indonesia sama kayak Gang Dolly gitu. Awalnya gue agak kaget pas tau
itu kawasan red area gitu. Cuma udah kadung mesen dan transfer, mau gimana.
Tapi ternyata gak seserem itu kok :|
Hari
keberangkatan
Rabu 29 Maret, hari H keberangkatan pun tiba. Keberangkatan
gue ini penuh drama sebenarnya. Nanti gue jelasin di bawah ya.
Jakarta panas banget siang itu. Keringet gue pun menetes
dari jidat gue yang udah cling banget ini. Berkat bantuan abang-abang gojek, sampailah
gue di Terminal Pasar Minggu untuk naik Damri menuju bandara. Pesawat yang gue
naikin adalah Jetstar pukul 15.30 WIB. Gue berangkat dari Terminal Pasar Minggu
pukul 11.00 WIB, karena temen gue pernah bilang kalo Jetstar itu kadang suka
seenak udel. Penumpang gak pernah diberi tahu ketika gatenya sudah dibuka.
Makanya gue gak mau telat sampe bandara.
Karena mesen tiket pesawatnya beda, alhasil jam pesawat gue juga beda dengan temen-temen gue. Gue berangkat jam 15.30 WIB, Mbak nia, Kiki, Novi pesawat jam 21.00 WIB, dan Mbak Gita pesawat keesokan harinya tanggal 30 jam 11.00 WIB. Jadi, gue nunggu Mbaknia di SG sekitar 6 jaman. Ya, gpp lah gue bisa jalan-jalan sendiri dulu di sana.
paspor pertama :D |
Karena mesen tiket pesawatnya beda, alhasil jam pesawat gue juga beda dengan temen-temen gue. Gue berangkat jam 15.30 WIB, Mbak nia, Kiki, Novi pesawat jam 21.00 WIB, dan Mbak Gita pesawat keesokan harinya tanggal 30 jam 11.00 WIB. Jadi, gue nunggu Mbaknia di SG sekitar 6 jaman. Ya, gpp lah gue bisa jalan-jalan sendiri dulu di sana.
Penerbangan CGK-SIN itu ditempuh dalam waktu 1,5 jam. Emang
dasar ya, itu pesawat isinya orang Indonesia yang mau nonton Coldplay semua.
Bahkan gue satu kursi dengan Ibu-ibu yang membawa anaknya untk bela-belain
nonton Babang Chris. Gue pun kenalan, namanya Mbak Winda dan anaknya bernama
Wawa yang berusia sekitar 8 tahun.
Gue sampe di Negeri Singa itu sekitar pukul enaman waktu
Singapura dan Alhamdulillah pesawat gue gak delay. Baru banget menginjakkan
kaki di Bandara Changi, masih terpesona dengan kecantikan bandara ini,
tiba-tiba Mbak Nia whatsapp gue dan bilang kalau jadwal penerbangannya di
riskejul jadi besok pagi. MATIK KAN GUE. Drama dimulai.. jeng jeng..
Alhasil gue panic. Karena ini pengalaman pertama gue
keluar negeri dengan kemampuan bahasa inggris yang masih level Competent alias gak jago-jago amat. Wkwkwkw..
Gue pun menepi, mencoba berpikir jernih apa yang bakal gue lakukan dalam 12 jam
ke depan di Negeri Singa ini. Tapi itu urung gue lakukan karena mending gue ke
imigrasi dulu biar tenang.
Sampai di imigrasi antriannya
naudzubillah banget. Tapi satu hal yang gue salut di sana, meski antriannya
panjang tapi ternyata pelayanannya cepet banget. Orang sana juga sangat teratur
kalau ngantri. Lagi asik-asik ngantri seorang petugas bandara bapak-bapak
nyamperin gue melihat form imigrasi gue. Ternyata pas dicek sama dia ada data yang
kurang gue isi. Diapun meminta gue untuk melengkapinya.
Pas ngantri itulah tiba-tiba si ibu-ibu
yang pesawatnya bareng sama gue itu tiba-tiba manggil gue. Gue pun menceritakan
soal kawan gue yang pesawatnya di reschedule. Dan puja kerang ajaib akhirnya
dia baik hati menawarkan untuk ikut menginap di hotel tempat dia menginap di
kawasan Little India.
Rupanya ini pengalaman pertama juga buat
Mbak Winda mengunjungi Singapura. Akhirnya kamipun muter-muter nanya sana sini
gimana cara menuju MRT ke Little India. Baiknya lagi kartu ezi-linknya yang tadinya punya
ibunya karena ibunya gak jadi ikut akhirnya dikasih ke gue biar gue bisa naik
MRT.
Setelah nanya-nanya petugas dan melihat
peta, akhirnya gue, Mbak Winda dan anaknya sampai juga di Little India. Sebelumnya sempat terjadi insiden terpisah antara gue, Mbak Winda dan anaknya ketika di stasiun Tanah Merah. Hahhaha emang ya, semua yg serba pertama itu bikin panik.
Dari stasiun Tanah Merah kami transit di Outram Park lalu turun di stasiun Farer park. Dari Farer Park ke hotel 165 tempat Mbak Winda menginap gak begitu jauh dan bisa
ditempuh dengan jalan kaki. Tapi sebelum ke hotel ternyata perut kami bertiga
udah kriuk-kriuk karena belum makan dari siang. Kamipun memutuskan untuk
singgah di mall City Square dan makan mekdi. HAhah (jauh-jauh makannya mekdi
juga)
Akhirnya, setelah kekenyangan dan
kelelahan menyandang ransel seharian rasanya bahagia banget nemu kasur. Dan
yang penting gue gak jadi kaya anak ilang di Bandara. Ya tuhan, balaslah
kebaikan orang-orang yang telah baik juga dengan hambamu ini..
Keesokan paginya akhirnya gue mendapat kabar kalo Mbak Nia
sudah sampai di Changi Airport. Setelah mengucapkan terima kasih ke Mbak Winda,
akhirnya gue pun pamit. Termasuk sama si kecil Wawa. Sayangnya gue ga sempat foto dengan Mbak Winda dan anaknya ini.
Gue pun janjian bertemu
langsung di stasiun MRT Kallang tempat kita mau menginap sebelum keluar hotel.
Singapur itu mahal yess paketan internetnya. Jadinya hidup gue hanya bergantung
pada WIFI…Tapi, pas sampai di stasiun MRT Kallang ternyata gue gak menemukan
Mbaknia, Novi dan Kiki. Dan di MRT ternyata gak ada wifi. Gue pun menepi sebentar
di depan Sevel, dan tiba-tiba sms masuk ke handphone gue dari Mbaknia. Akhirnya
gue jawab gue udah sampe dan nunggu dia di sevel stasiun Kallang. Tau gak
berapa tariff sekali sms di sana? Rp6 ribu aja sizttt… :””””)
Akhirnya setelah semuanya lengkap (minus Mbak Gita krn
pesawat dia masih besok) kitapun berkelana keliling SG karena hotel tempat kami
menginap baru buka check in jam 2 siang waktu SG dan waktu itu baru jam 10 pagi
waktu SG. Tanpa internet, tanpa wifi, berbekal peta offline kamipun menjelajahi
negara yang berpenduduk cuma 4 juta jiwa ini.
Berhubung mereka belum pada sarapan dan gue udah,
akhirnya kita memutuskan untuk sarapan dulu di tempat makan ala India yang gak
jauh dari hostel kami. Karena gue baru pertama kali ke SG, gue baru tau kalo teh
tarik itu menjadi minuman wajibnya warga SG kalo lagi makan. Ibaratnya kalo di
Indonesia udah kayak es teh manis. Agak shock juga sih gue ngeliat harga makanan di sana. Ini baru di pinggir jalan loh siszt, harga makanannya paling murah 6
SGD alias Rp54 ribu. Bayangkan, di Indonesia aja gue kalo makan di warteg Rp20
rebu itu aja udah kenyang banget.
Setelah makan, kami semua melanjutkan petualangan ke
National Stadium tempat Coldplay bakalan konser. Gue sejujurnya agak sedikit
terpukau dengan kebersihan dan kelengkapan fasilitas stadium ini. Sesekali gue
sempetin untuk bernarsis ria hehehe.
Lelah ngiterin stadium akhirnya kamipun duduk di pinggir
jalan dekat lintasan lari. Jam checkin juga masih lama. Rupanya SG siang itu
emang panas banget, dan Mbaknia, Novi dan Kiki yang emang pada belum mandi
memutuskan untuk ‘numpang’ mandi di sana. Btw toiletnya kinclong. Lagi-lagi gue
terpukau dengan negara ini.
Hari H konser
Akhirnya hari yang kami semua nanti tiba juga. Saking
excitednya, gue dan yang lain berangkat ke lokasi konser jam 10 pagi. Pedahal
konser baru dimulai pukul 07.30 waktu SG dan gerbang baru dibuka jam 6 sore.
Kita pada berangkat cepet karena gosipnya Xyloband yang dipakai saat konser itu
kabarnya terbatas dan kita pada takut gak kebagian. Hahaha norak bet eug..
geng coldplay basis Jakarta |
Sesampai di stadium kamipun mencar karena tiket kami beda
kelas. Mbak nia, mas Erick (kenalan kami di hostel), dan Mbak gita duduk di
standing pen A masuk lewat gate 5. Gue, rico dan Ardi (teman satu hostel) masuk
lewat gate 15.
Jam di handphone gue baru menunjukkan jam 12 siang.
Matahari lagi terik banget. Karena masih lama gue, Rico dan Ardi memutuskan
untuk jalan-jalan dulu. Kebetulan stand yang menjual merchandise official
Coldplay baru buka, kitapun pada belanja dulu. Setelah puas belanja akhirnya kami memutuskan untuk balik ke hostel buat makan siang.
Inilah enaknya kalo nginep di lokasi yang gak jauh dari hostel. Kita sempet
tidur-tiduran ngadem di hostel sambil nunggu jam 3.
Pukul 14.30 waktu SG kitapun balik lagi ke stadium. Di sinilah
gue, Rico dan Ardi mulai deg-degan karena kami bertiga mendapat tiketnya bukan
atas nama sendiri. Gue dibeliin kawan gue, sementara Rico dan Ardi dibeliin
oleh kawannya. Ada gossip yang bilang kalo tiket tersebut harus sesuai dengan
yang beli. Yakali udah jauh-jauh ke SG ternyata ga jadi nonton konser. Gak
lucukkan :””)
Sesampai di dalam, lagi-lagi gue gak henti-hentinya
mengagumi cantiknya dekorasi konser Coldplay ini. Konser dibuka dengan
penampilan penyanyi cantik Jess kent. Dan Chris Martin dkk muncul tepat pukul
setengah 8. Selanjutnya jangan ditanya…….
Asli, gue gak bisa berkedip selama konser. Permainan laser,
lampu, sound, panggung yang megah,efek xyloband semuanya kece parah. Chris Martin itu atraktif banget di panggung. Rasanya lelah lelah perjuangan buat kesini dari mulai di-PHP-in tiket, nyari hostel, nyasar di bandara, ngegembel di National Stadium dan sebagainya itu terbayar tuntas. Waktu dia ngucapin terima kasih ke penonton salah satunya Indonesia, spontan gue teriak kenceng banget : I LOVE YOU CHRISSSSSSSS. Bodo amat deh tuh ya yang disebelah gue bakal ngatain gue gila atau apa. Yang pasti gue gak nyangka banget gue bisa menyaksikan band idola gue ini live, Ya, minimal sekali seumur hidup.
foto : Mbak nia |
foto : mbak nia |
foto : mbak nia |
foto : mbak nia |
foto : mbak nia |
Waktu dua
jam aja rasanya ga berasa. Kalau gue gak salah malam itu Coldplay membawakan
sekitar 12 lagu. Dan konser itu ditutup dengan lagu Up& UP yang penuh haru
(bagi gue). Karena Chris Martin berpesan diakhir lagu tersebut untuk jangan
cepat menyerah dalam apapun. Iya Bang Kris, iya….
To think about it, I was really, really lucky to be a part of an awesome concert with an awesome performance and fireworks in an awesome city. Thank you, Coldplay. Thank you for unforgettable experience.
Anda also thank you, G.
To think about it, I was really, really lucky to be a part of an awesome concert with an awesome performance and fireworks in an awesome city. Thank you, Coldplay. Thank you for unforgettable experience.
Anda also thank you, G.
Komentar
Posting Komentar