Bagaimana bisa aku memilih untuk tidak terluka, sedang luka itu nyaman bersarang di dadaku.
Iya, dia tidak pernah pergi. Seakan terpatri kuat di sudut sanubari.
Mengalir perlahan di nadiku. Bagaimana bisa aku berlari, sedang berjalan sendiri saja aku masih sulit.
Gamang.
Ragu.
Aku masih saja mesra dengan kesendirianku hingga detik ini.
Mencoba memungut kembali setiap kepingan hidupku yang kau rusak dan kau buang.
Sedang kau? Larut dengan dunia barumu.
Bahagia untukmu, dan dia.
-dari aku yang dulu pernah menjadi kita-
Komentar
Posting Komentar