Dua ribu sebelas
Dunianya hanya tentang bangun di minggu pagi, menonton kartun kesukaannya, bermain prosotan, dan makan sup daging di sekolah.
Hari itu orang-orang ramai sekali datang kerumahnya. Dia sangat senang, karena hari itu hari raya.
Dia bersuka cita. Bermain kesana kemari, lari-lari mengelilingi rumahnya. Orang-orang memeluknya. Menciumnya. Mengusap kepalanya.
Dia masih sangat kecil. Lugu sekali. Dia belum kenal sakitnya kematian.
Di sebelahnya, ia menyaksikan ayahnya tidur. Orang-orang mengaji mengelilingi ayahnya. Menangis. Tapi dia masih tidak paham apa yang terjadi.
Yang ia tau, hari itu adalah hari terakhir ia melihat ayahnya tidur. Selamanya.
Dunianya hanya tentang bangun di minggu pagi, menonton kartun kesukaannya, bermain prosotan, dan makan sup daging di sekolah.
Hari itu orang-orang ramai sekali datang kerumahnya. Dia sangat senang, karena hari itu hari raya.
Dia bersuka cita. Bermain kesana kemari, lari-lari mengelilingi rumahnya. Orang-orang memeluknya. Menciumnya. Mengusap kepalanya.
Dia masih sangat kecil. Lugu sekali. Dia belum kenal sakitnya kematian.
Di sebelahnya, ia menyaksikan ayahnya tidur. Orang-orang mengaji mengelilingi ayahnya. Menangis. Tapi dia masih tidak paham apa yang terjadi.
Yang ia tau, hari itu adalah hari terakhir ia melihat ayahnya tidur. Selamanya.
:' |
Komentar
Posting Komentar