Dari semua episode mengurus perintilan buat pernikahan, mungkin yang paling menguras hati dan emosi adalah pas bagian urusan surat menyurat. Kenapa? Karena menurut gue itu ribet, KALAU TIDAK TELITI.
Gue bakal ceritain selengkapnya di bawah ini. Semoga bisa menjadi pengalaman buat kalian semua pembaca setia blog gue jika suatu saat mengalami hal yang sama. (Kayak ada aja yg baca blog bapuq ini. Hehehehe..).
Bisa dibilang, 65 persen urusan perintilan pernikahan gue yang nyiapin sendiri. Kondisi Mas Pacar yang masih dalam fase recovery dari kecelakaan, gak memungkinkan dia untuk menemani gue buat kesana kemari. Jadilah segala urusan mulai dari nyari bahan untuk seragam, seserahan, souvenir, hingga perintilan lainnya gue yang jalan sendiri. #setrongabitshgaktuwh
Setelah perintilan yang kicik-kicik itu selesai gue ceklis, tibalah masanya mengurus Surat Numpang Nikah. Karena di kantor lagi sibuk banget dan gak enak buat ambil cuti, jadilah gue harus bolak balik ngurusin surat ini sampe kelar. Dan itu sangat me-le-lah-kan.
Buat kalian yang belum tau nih, Surat Numpang Nikah itu diperlukan jika kita (gue dalam hal Calon Pengantin Wanita/CPW) akan melangsungkan pernikahan di tempat si mas calon alias Calon Pendamping Pria/CPP). Dalam kasus ini, meski gue lahir di kota Padang, tapi KTP gue tetap Jakarta. Sementara kalau si Mas Pacar KTPnya adalah Depok, dan kami insyaallah akan menyelenggarakan pernikahan di Depok.
Buat kalian yang belum tau nih, Surat Numpang Nikah itu diperlukan jika kita (gue dalam hal Calon Pengantin Wanita/CPW) akan melangsungkan pernikahan di tempat si mas calon alias Calon Pendamping Pria/CPP). Dalam kasus ini, meski gue lahir di kota Padang, tapi KTP gue tetap Jakarta. Sementara kalau si Mas Pacar KTPnya adalah Depok, dan kami insyaallah akan menyelenggarakan pernikahan di Depok.
Waktu mengurus surat pengantar dari RT dan RW, semua masih berjalan lancar. Kebetulan gue didampingi sama saudara yang udah paham dengan hal-hal kayak gini. Jadi, i can passed it easily.
Tibalah gue yang harus ngurus sendiri ke kelurahan untuk mendapatkan surat N1, N2, dan N4. Ngantrilah tuh gue dari pagi bersama puluhan bu-ibu dan bapak-bapak lainnya di kantor lurah Bintaro. Pas nama gue dipanggil, gue ke depan dong. Di sana gue nyerahin berkas-berkas yang dibutuhkan, lalu nunggu lagi sampe dipanggil, terus berkasnya di-fotocopy, terus anter lagi berkasnya ke petugasnya, dan baru deh tuh selesai.
Tahap selanjutnya setelah dari kelurahan adalah ke kecamatan. Sebenarnya gue juga heran kenapa harus ke kecamatan segala. Kata mbak petugasnya, tanda tangan camat dibutuhkan karena gue dan si mas pacar gak satu domisili KTPnya. Pedahal nih ya, sebelum-sebelumnya sepupu gue yg nikah dan beda KTP dengan calonnya gak kayak gini. Dari kelurahan dia bisa langsung ke KUA untuk mendapatkan Surat Numpang Nikah. Yawdalah ya, daripada ribet akhirnya q manut aja begitu diarahkan ke kecamatan.
Menggunakan angkot S14 dan di bawah teriknya sinar matahari, berangkat deh tuh gue ke kecamatan Pesanggrahan. Sampai di sana, untungnya kecamatan itu jauh lebih sepi dari kelurahan. Jadi gak perlu nunggu lama, dan berkas gue langsung ditandatangani.
Setelah dari kecamatan, gue lanjut ke KUA yang merupakan tahap akhir dari proses mengurus surat numpang nikah. Gue pikir KUA Bintaro itu di pinggir jalan ya, gengs. Ternyata tidak saudara-saudara. KUA Bintaro itu terletak di dalam komplek perumahan yang gak keurus gitu. Gue udah kadung naik angkot dan turun di depan gang komplek. Karena angkotnya gak masuk ke dalam, akhirnya terpaksa gue jalan kaki menuju KUA yang jaraknya lumayan membuat lelah sekaly.
Berbekal maps, gue cuma butuh waktu 6 menit jalan kaki buat sampe di KUA. Yauds w jabanin deh tuh karena w pikir deket. Eh ternyata jalannya berbelok-belok. Mana siang itu sepi banget. Akhirnya gue sampe di KUA setelah muter ke sana ke mari yang ternyata posisinya di pojok banget. Saking di pojoknya, gue gak ngeh itu KUA atau semak belukar. Suerr.
Lalu, duduk deh tuh gue di ruang tunggu. Di sana ada beberapa orang yang lagi ngantri. Sambil nunggu giliran, gue komat kamit berdoa semoga tidak ada berkas yang kurang. Bukannya gimana, deket KUA ini gak ada tempat untuk fotocopy coy. Beda dengan kelurahan dan kecamatan depannya langsung ada fotocopy.
Ketika nama gue dipanggil, gue langsung nyerahin berkasnya ke ibu-ibu petugasnya. Gue disuruh nunggu sebentar sampai surat gue ditandatangani. Gue pun kembali duduk dengan manisnya di ruang tunggu.
Pas tiba giliran gue, gue seketika sumringah karena sebentar lagi keribetan ini akan segera berakhir. Kebayang abis ini gue udah bisa makan siang dan trus cuss ke kantor.
Tahap selanjutnya setelah dari kelurahan adalah ke kecamatan. Sebenarnya gue juga heran kenapa harus ke kecamatan segala. Kata mbak petugasnya, tanda tangan camat dibutuhkan karena gue dan si mas pacar gak satu domisili KTPnya. Pedahal nih ya, sebelum-sebelumnya sepupu gue yg nikah dan beda KTP dengan calonnya gak kayak gini. Dari kelurahan dia bisa langsung ke KUA untuk mendapatkan Surat Numpang Nikah. Yawdalah ya, daripada ribet akhirnya q manut aja begitu diarahkan ke kecamatan.
Menggunakan angkot S14 dan di bawah teriknya sinar matahari, berangkat deh tuh gue ke kecamatan Pesanggrahan. Sampai di sana, untungnya kecamatan itu jauh lebih sepi dari kelurahan. Jadi gak perlu nunggu lama, dan berkas gue langsung ditandatangani.
Setelah dari kecamatan, gue lanjut ke KUA yang merupakan tahap akhir dari proses mengurus surat numpang nikah. Gue pikir KUA Bintaro itu di pinggir jalan ya, gengs. Ternyata tidak saudara-saudara. KUA Bintaro itu terletak di dalam komplek perumahan yang gak keurus gitu. Gue udah kadung naik angkot dan turun di depan gang komplek. Karena angkotnya gak masuk ke dalam, akhirnya terpaksa gue jalan kaki menuju KUA yang jaraknya lumayan membuat lelah sekaly.
Berbekal maps, gue cuma butuh waktu 6 menit jalan kaki buat sampe di KUA. Yauds w jabanin deh tuh karena w pikir deket. Eh ternyata jalannya berbelok-belok. Mana siang itu sepi banget. Akhirnya gue sampe di KUA setelah muter ke sana ke mari yang ternyata posisinya di pojok banget. Saking di pojoknya, gue gak ngeh itu KUA atau semak belukar. Suerr.
Lalu, duduk deh tuh gue di ruang tunggu. Di sana ada beberapa orang yang lagi ngantri. Sambil nunggu giliran, gue komat kamit berdoa semoga tidak ada berkas yang kurang. Bukannya gimana, deket KUA ini gak ada tempat untuk fotocopy coy. Beda dengan kelurahan dan kecamatan depannya langsung ada fotocopy.
Ketika nama gue dipanggil, gue langsung nyerahin berkasnya ke ibu-ibu petugasnya. Gue disuruh nunggu sebentar sampai surat gue ditandatangani. Gue pun kembali duduk dengan manisnya di ruang tunggu.
Pas tiba giliran gue, gue seketika sumringah karena sebentar lagi keribetan ini akan segera berakhir. Kebayang abis ini gue udah bisa makan siang dan trus cuss ke kantor.
TAPI, ternyata Gusti Allah masih mau menguji keseriusan gue lho :""). Pas gue cek, tanggal lahir gue yang tertera di Surat Numpang Nikah itu SALAH. Kalo data gue salah, otomatis itu ngaruh nanti ke buku nikahnya. Kalau udah begitu, mau gak mau gue harus ganti dengan cara MENGULANG LAGI SEMUA TAHAPAN DARI AWAL. Mau nangis gak?
Gak. Gak mau nangis kok. Yaudah, karena ini kesalahan dari gue yang tidak teliti ngecek semua data, gue pun kembali lagi ke kelurahan dan kecamatan untuk mengganti data. Gue jalani itu semua dengan ikhlas. Toh ini cuma sekali seumur hidup gue alamin (aamin). Jadi ya, dinikmatin aja prosesnya.
Setelah muter-muter Kelurahan-Kecamatan- KUA (LAGI), akhirnya Surat Numpang Nikah itu berhasil gue dapetin. Sebelum melangkahkan kaki keluar dari KUA gue pastiin lagi ngecek satu per satu data gue supaya gak ada lagi yang salah. Setelah menatap lekat-lekat semua data dan dipastikan benar, barulah gue mesen gojek dan segera lanjut ke kantor.
FYI, gue keluar kosan dari jam 7 pagi dan baru selesai ngurus semuanya jam 2 siang. Makan siangpun gue lewatin demi surat ini cepat selesai. Dan ketika semuanya selesai, rasanya gue pengen teriakk legaaaaaaaaaaaa...!!!!!!!!!
Biar tulisan ini ada isinya, gue mau ngasi sedikit tips buat kelian-kelian yang mau ngurus surat-surat untuk menikah. Semoga bisa dijadikan pelajaran dan gak ngalamin apa yang gue rasain, ya!
1. NIAT.
Ini penting. Awalnya gue mikir "Ah, masih lama ini. Nanti-nanti aja deh urusnya,". Lalu "HELO MEUTIA FEBRINA ANUGRAH, emang yang mau nikah cuma lo doang?? Gak tau penghulu itu susah dapetinnya kalo lagi peak season?" Berkaca dari sana, akhirnya gue niatin diri untuk bangun dari subuh ngurusin surat-surat ini.
2. Jangan lewatin sarapan
Ini juga penting. Ngurus surat-surat ini juga menguras energi, jadi kalian pasti butuh sarapan biar gak pingsan kalau harus bolak-balik.
3. Jika memungkinkan, minta cuti sehari
Coba lobi bos lo untuk bisa meng-approve cuti kalian. Soalnya lebih enak jika semuanya sehari selesai ketimbang harus bolak balik.
4. Fotocopy berkas-berkas sebanyak-banyaknya
KTP, KK, Akte kelahiran lo dan calon harus di fotocopy sebanyak-banyaknya. Ini biar memudahkan supaya gak bolak balik ke kang fotocopy tentunya.
5. Teliti memeriksa data
Selalu perhatikan data-data penting setiap menerima surat. Satu aja data ada yang salah, lo harus ngulang lagi dari awal soalnya. Kalo udah gini, rasanya gue pengen mengutuk diri kenapa gue harus hadir di dunia ini..
6. Berdoa
Karena sekeras apapun usahamu, nak, tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Sang Maha Kuasa.
Terima kasih.
Gak. Gak mau nangis kok. Yaudah, karena ini kesalahan dari gue yang tidak teliti ngecek semua data, gue pun kembali lagi ke kelurahan dan kecamatan untuk mengganti data. Gue jalani itu semua dengan ikhlas. Toh ini cuma sekali seumur hidup gue alamin (aamin). Jadi ya, dinikmatin aja prosesnya.
Setelah muter-muter Kelurahan-Kecamatan- KUA (LAGI), akhirnya Surat Numpang Nikah itu berhasil gue dapetin. Sebelum melangkahkan kaki keluar dari KUA gue pastiin lagi ngecek satu per satu data gue supaya gak ada lagi yang salah. Setelah menatap lekat-lekat semua data dan dipastikan benar, barulah gue mesen gojek dan segera lanjut ke kantor.
FYI, gue keluar kosan dari jam 7 pagi dan baru selesai ngurus semuanya jam 2 siang. Makan siangpun gue lewatin demi surat ini cepat selesai. Dan ketika semuanya selesai, rasanya gue pengen teriakk legaaaaaaaaaaaa...!!!!!!!!!
Biar tulisan ini ada isinya, gue mau ngasi sedikit tips buat kelian-kelian yang mau ngurus surat-surat untuk menikah. Semoga bisa dijadikan pelajaran dan gak ngalamin apa yang gue rasain, ya!
1. NIAT.
Ini penting. Awalnya gue mikir "Ah, masih lama ini. Nanti-nanti aja deh urusnya,". Lalu "HELO MEUTIA FEBRINA ANUGRAH, emang yang mau nikah cuma lo doang?? Gak tau penghulu itu susah dapetinnya kalo lagi peak season?" Berkaca dari sana, akhirnya gue niatin diri untuk bangun dari subuh ngurusin surat-surat ini.
2. Jangan lewatin sarapan
Ini juga penting. Ngurus surat-surat ini juga menguras energi, jadi kalian pasti butuh sarapan biar gak pingsan kalau harus bolak-balik.
3. Jika memungkinkan, minta cuti sehari
Coba lobi bos lo untuk bisa meng-approve cuti kalian. Soalnya lebih enak jika semuanya sehari selesai ketimbang harus bolak balik.
4. Fotocopy berkas-berkas sebanyak-banyaknya
KTP, KK, Akte kelahiran lo dan calon harus di fotocopy sebanyak-banyaknya. Ini biar memudahkan supaya gak bolak balik ke kang fotocopy tentunya.
5. Teliti memeriksa data
Selalu perhatikan data-data penting setiap menerima surat. Satu aja data ada yang salah, lo harus ngulang lagi dari awal soalnya. Kalo udah gini, rasanya gue pengen mengutuk diri kenapa gue harus hadir di dunia ini..
6. Berdoa
Karena sekeras apapun usahamu, nak, tidak akan berarti apa-apa tanpa campur tangan Sang Maha Kuasa.
Terima kasih.
Komentar
Posting Komentar