Menjadi seorang perempuan itu menyedihkan. Pulang kerja kemaleman dikit, dikira cewek gak bener. Padahal kamu baru saja usai menjadi pembicara di sebuah seminar yang memperjuangkan hak-hak petani. Sekolah tinggi-tinggi malah dilarang. Takut nanti gak laku karena cowok bakalan minder.
Jalan sendirian niatnya ingin mandiri, tapi malah jadi korban catcall pria-pria berotak sampah. Bahkan yang paling sadis, kalau sudah tidak perawan dianggap murahan, bekas dan hina. Padahal, harga diri wanita gak bisa diukur dari utuh atau tidaknya selaput dara. Dangkal sekali yang berpikiran seperti itu.
Jalan sendirian niatnya ingin mandiri, tapi malah jadi korban catcall pria-pria berotak sampah. Bahkan yang paling sadis, kalau sudah tidak perawan dianggap murahan, bekas dan hina. Padahal, harga diri wanita gak bisa diukur dari utuh atau tidaknya selaput dara. Dangkal sekali yang berpikiran seperti itu.
Belum lagi kalo udah memasuki usia di atas 25 tahun dan masih single, sering dicap gak laku dan terlalu milih-milih pasangan. Padahal kamu masih punya beberapa target hidup yang harus kamu selesaikan. Kalau kegendutan suka diledekin kayak kulkas dua pintu, kalo kurus diledekin sapu lidi. Mereka yang nyinyir itu gak tau bagaimana beratnya perjuangan kamu menaikkan/ menurunkan berat badan.
Yang lebih gak masuk akal, perempuan yang suka pake make up dianggap cewek oon dan bodoh. Padahal belum ada satupun penelitian di muka bumi ini yang menemukan korelasi antara kepintaran seseorang dengan ketebalan make upnya. Tapi kalo giliran gak make up dibilang kucel dan pucet kayak setan. Serba salah.
Kalo sudah menikah dn memilih menjadi istri yang bekerja ketimbang Ibu RT, dianggap pembangkang dan gak sayang anak. Padahal si istri ikut bekerja juga demi suami dan anak mereka juga. Betul kata orang, gak mudah menjadi perempuan. (Diresti, Rima, 2013, p 25 dan 55).
Menjadi perempuan, seharusnya kita bahagia. Kita itu istimewa. Dari rahim kita, generasi yang bakal memajukan bangsa ini lahir. Setiap perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Yang lebih gak masuk akal, perempuan yang suka pake make up dianggap cewek oon dan bodoh. Padahal belum ada satupun penelitian di muka bumi ini yang menemukan korelasi antara kepintaran seseorang dengan ketebalan make upnya. Tapi kalo giliran gak make up dibilang kucel dan pucet kayak setan. Serba salah.
Kalo sudah menikah dn memilih menjadi istri yang bekerja ketimbang Ibu RT, dianggap pembangkang dan gak sayang anak. Padahal si istri ikut bekerja juga demi suami dan anak mereka juga. Betul kata orang, gak mudah menjadi perempuan. (Diresti, Rima, 2013, p 25 dan 55).
Menjadi perempuan, seharusnya kita bahagia. Kita itu istimewa. Dari rahim kita, generasi yang bakal memajukan bangsa ini lahir. Setiap perempuan adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Bahkan, Allah mengatakan surga itu berada di bawah telapak kaki kita, para perempuan. Saking istimewanya kita, Allah menurunkan satu surat khusus di Al quran yang menceritakan tentang mulianya perempuan yaitu Surat An-nisa. Jadi, masih menganggap kita adalah makhluk yang menyedihkan?
Komentar
Posting Komentar