Jiwa dan Raga adalah sepasang sahabat. Maaf, diralat. Jiwa dan Raga dulunya adalah sepasang sahabat. Jika boleh mengutip lirik lagu Tulus, Jiwa ibarat sepatu kanan dan Raga sepatu kiri. Mereka berlari, berkarya dan mengejar mimpi bersama.
Raga adalah seorang pria yang menyenangkan. Dia pandai menjalin komunikasi sehingga punya banyak kolega, cerdas, tapi lucu. Dia adalah tipikal "penghibur" jika berada diantara teman-temannya. Sementara Raga adalah antitesisnya. Ia sulit untuk kenal dengan orang baru, sangat tertutup, minderan, manusia dengan jokes yang terkadang hanya dia sendiri yang paham. Ajaibnya, Tuhan mentakdirkan mereka bersahabat bahkan mungkin lebih dari itu.
Jiwa beranggapan, dalam perputarannya alam semesta ini membutuhkan keseimbangan. Ada pagi, ada malam. Ada yang datang, ada yang pergi. Ada yang pemarah, ada yang sabar. Ada yang baik dan ada jahat. Begitu pula ada Jiwa dan ada juga Raga.
Mereka sering bercerita tentang mimpi, melepas penat sambil berkeluh kesah tentang pekerjaan yang amat melelahkan. Lalu larut dalam tawa dan kembali bahagia. Begitu seterusnya. Raga yang selalu punya bermilyar-milyar cara untuk jadi penghibur Jiwa. Sebenarnya tidak perlu begitupun, berada di samping Raga semacam penyemangat baginya.
Ada banyak hal yang telah mereka lewati bersama. Tawa, tangis, pertengkaran yang saling mendiamkan hingga saling menyakiti Meski akhirnya sadar kalau mereka itu saling membutuhkan, karena merasa "utuh" bila bersama.
Kini, Raga pergi meninggalkan Jiwa. Mungkin Raga sudah terlalu lelah. Jiwa bersedih? Tentu iya. Ia kehilangan salah satu support sistem terdepan dalam hidupnya. Semua terasa asing belakangan ini. Dan merekapun memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya masing-masing...
Komentar
Posting Komentar