Ada beberapa hal yang sulit dalam hidup. Selain memutuskan pilihan antara makan rendang atau gulai udang, hal paling sulit lainnya dalam hidup menurut gue adalah proses menerima- dalam hal apapun itu.
Sebagai manusia yang terlahir dengan DNA ego yang tertanam di dalam setiap sel tubuh gue, proses menerima itu menjadi sulit karena seolah-olah harus meruntuhkan sebagian harga diri gue. Ada semacam "tembok" besar yang terbendung di pikiran gue, kalo gue gak harus menerima begitu saja hal-hal yang tidak sesuai dengan ego gue. Egois memang. Ya, begitulah gue.
Tapi, hidup gak didesain untuk mengikuti mau gue aja. Berkali-kali gue dibuat menangis sejadi-jadinya dan berdarah berkali-kali karena mau gak mau gue harus mau "menerima" banyak kenyataan. Menerima kalo gue pernah kehilangan, menerima kalo gue harus kalah, dan menerima kalo otak manusia itu pada dasarnya diciptakan sama, tapi cara menggunakannya saja yang berbeda. Yap. Menerima ternyata serumit itu.
"Gak, Meut. Menerima sebenarnya gak serumit itu kalo lo punya hati yang lapang," kata Meutia kepada Meutia.
Makin ke sini, gue berusaha memperluas kapasitas hati gue. Susah? Iya, susah banget. Tapi itu awalnya aja. Tapi ke sininya gue merasa seperti lebih tenang. Mungkin karena gue semakin banyak dihadapkan dengan hal-hal yang gak sesuai dengan "kacamata" gue kali ya, gue semakin terlatih untuk bisa menerima hal tersebut.
Komentar
Posting Komentar