Selasa, 15 April 2014
Jakarta, salah satu kota terpadat di dunia. Tempat dimana jutaan orang menggantungkan hidupnya dengan mencari nafkah disini. Jakarta bak perawan yang sedang mekar-mekarnya. Diincar siapapun yg melihatnya..
Beragam suku dan ras tinggal memenuhi Ibu kota dari Indonesia ini. Bahkan, penduduk asli Jakarta, suku Betawi jauh lebih sedikit daripada para pendatang. Jumlah penduduk yang mencapai sekitar 10 juta jiwa membuat Jakarta menjadi sangat padat. Banjir, kemacetan dimana2, adalah pemandangan sehari2 yang lazim dinikmati penduduk ibu kota.
Kemacetan misalnya. Setiap hari setiap waktu warga Ibu kota dihadapkan dengan kemacetam lalu lintas dimana-mana. Jika sudah begini, biasanya para warga memilih sistem transportasi yang cepat dan bebas macet, yaitu kereta api.
Tingginya animo warga Jakarta untuk menggunakan kereta api tidak dibarengi dengn fasilitas pendukungnya. Jumlah penumpang yang membludak tidak dibarengi dengan jumlah unit kereta api yg beroperasi. Akibatnya, penumpang harus bertaruh nyawa dan harta dengan berdesak-desakan.
Oke,cukup ya epilognya. Mari kita masuk ke inti cerita, seperti biasa gue bangun pagi untuk berangkat ke kantor. Namun hari ini gue lbh memilih naik kereta api dibandingkan motor, karena memang sedang tidak ada agenda liputan.
Jam setengah 7 hue pun diantar ke stasiun terdekat rumaj gue yaitu Stasiun Pondok Ranji. Yap, kereta setiap pagi memang penuh. Sangat penuh malah. Ga peduli keretan
udah penuh kek apaan tau mereka tetap memaksa masu. Ga jarang gue nemuin orang2 yg muka badak tetep maksa masuk kereta api.
Ga lama menunggu akhirnya kereta gue pun datang. Gue pun naik kereta tujuan ke Tanah Abang. Dengam berbagai cara dan usaha dan untungnya gue punya badan kecil akhirnya gue berhasil masuk ke dalam tu kereta. Bodo amat mau kaya sarden yg pnting gue bisa masuk.
Dari stasiun Pondok ranji ke Tanah Abang kita harus melewati dua stasiun, yaitu Kebayoran dan Palmerah. Sesampe di Kebayoran para penumpang pun turun. Gue yg berada di pintu kereta akhirnya juga ikut turun agar yang di dalam bisa keluar dengan mudah.
Namun, ternyata pada saat gue ingin turun, namun posisi gue belum siap, orang-orang berdesak-desakan ngedorong2 gue. Alhasil gue kedorong keluar dan jatuh. Kaki gue kebeset tangga besi tempat penumpang turun dari kereta. Celana gue robek, dan kaki gue lecet. Robeknya sekitar 10x5 cm. Gue panik gatau mesti gimana. Akhirnya ada bapak2 yg baik hati ngasi gue hansaplast. Semoga allah ngebales kebaikan bapak yang tadi..
Karena kaki dan badan gue lecet2 akhirnya gue memutuskan untuk balik kerumah. Gue ga kuat untuk jalan lagi. Disepanjang jalan gue berpikir mau sampai kapan sistem transportasi di negara gue bisa bener.. sampai kapan kami sebagai konsumen terus dirugikan seperti ini.. Jika transportasi publik dikelola dengan benar, pastilah orang2 mau beralih dr kemdaraan pribadi ke transportasi publik..
Selamat malam. Selamat menahan perih.
Komentar
Posting Komentar