Sebelumnya saya pernah terjatuh dalam sorotan sepasang mata yang dalam. Saya pikir, itu satu-satunya sorot mata yang paling dalam yang pernah saya tatap seumur hidup saya. Ternyata saya salah. Ada sorot mata lainnya. Tidak dalam, tapi justru dia terlihat lelah. Kosong. Bahkan bingung. Dalam sepasang matanya, saya tahu betul ia sedang menyimpan sebuah luka. Luka lama yang sudah tidak mau lagi ia buka. Saya seakan paham bagaimana pedihnya. Tapi dia berusaha tertawa. Sekarang saya percaya bahwa mata adalah jendela jiwa. Tapi tidak semua jendela itu terbuka. Beberapa orang memilih untuk menutupnya rapat-rapat. Sampai ia yakin ada tamu yang tepat, yang bisa membukanya. Dan saya percaya, dia akan menemukannya.